Mengenal Masjid Luar Batang Jakarta Utara dengan 6 Masjid Bersejarah di Jakarta

Mengenal Masjid Luar Batang Jakarta Utara dengan 6 Masjid Bersejarah di Jakarta

Masjid Luar Batang Jakarta Utara menjadi masjid bersejarah pertama di Jakarta yang masih berfungsi sejak berdiri hingga saat ini.
Masjid Luar Batang Jakarta Utara memiliki sejarah yang unik sehingga masjid ini hingga hari ini selalu banyak dikunjungi orang. Kewaliyan sang pendiri masjid membuat banyak orang dari penjuru negeri ini berbondong-bondong berziarah ke makam keramat Habib Husein Luar Batang. Jakarta yang dulunya menjadi salah satu wilayah Kerajaan Islam di Indonesia, sehingga di Jakarta ada beberapa masjid bersejarah selain Masjid Luar Batang Jakarta Utara.

Masjid Cut Meutia, Menteng

masjid luar batang jakarta utara

sumber : https://plongsite.wordpress.com/

Masjid Cut Meutia, Menteng merupakan masjid bersejarah di Jakarta setelah Masjid Luar Batang Jakarta Utara. Masjid yang berlokasi di Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat in dulunya bekas bangunan kantor biro arsitek N.V. (Naamloze vennootschap, atau Perseroan terbatas) Bouwploeg, Pieter Adriaan Jacobus Moojen tahun (1879 – 1955).Sebelum menjadi bangunan masjid, bangunan ini pernah berfungsi sebagai kantor pos, kantor Jawatan Kereta Api Belanda dan kantor Kempetai Angkatan Laut Jepang (1942 – 1945).

Setelah Indonesia merdeka, bangunan in juga pernah dipergunakan sebagai kantor Urusan Perumahan, hingga menjadi Kantor Urusan Agama (1964 – 1970). Kemudian pada pemerintahan Gubernur Ali Sadikin bangunan ini menjadi Masjid Cut Meutia yang berstatus masjid provinsi sesuai surat keputusan nomor SK 5184/1987 tanggal 18 Agustus 1987. Masjid berarsitektur unik ini memiliki ciri khas bangunan zaman kolonial Belanda yang sangat ikonik.

Masjid Al Makmur, Cikini

sumber : https://metro.sindonews.com/

Satu masjid tertua di Jakarta selain Masjid Luar Batang Jakarta Utara berikutnya adalah Masjid Al-Makmur yang berlokasi di Cikini. Masjid ini berdiri di atas tanah milik Raden Saleh Syarif Bustaman, yang populer dengan sebutan Raden Saleh. Kemudian tanah yang berdiri masjid diatasnya ini menjadi tanah sengketa antara pihak penjajah Belanda. Sehingga terjadi tuntutan dari para tokoh Islam seperti H.O.S. Cokroaminoto (Ketua Sarekat Islam) dibantu Haji Agus Salim dan Abikusno Cokrosuyoso tidak setuju jika masjid itu dipindahkan. Akhirnya, bangunan masjid saat ini masih berupa bangunan asli dan ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya Jakarta.

Masjid Al Anshor, Tambora

sumber : https://m.caping.co.id/

Ternyata di Jakarta ada masjid yang lebih tua dari Masjid Luar Batang Jakarta Utara, yaitu Masjid Al Anshor, Tambora. Masjid yang berlokasi di Pekojan, Tambora, Jakarta Barat telah tercatat berdiri sejak tahun 1648. Pendiri masjid ini adalah orang-orang Moor yang berasal dari Gujarat dan Bengal. Masjid ini pernah direnovasi pada tahun 1973 dan 1985, sehingga saat ini sulit untuk menentukan bangunan asli dari Masjid Al Anshor, Tambora.

Masjid Jami Al-Atiq, Kampung Melayu Besar

sumber : https://wia.id/

Masjid peninggalan Maulana Hasanuddin, Sultan Banten pertama ini juga merupakan masjid bersejarah yang sangat tua selain Masjid Luar Batang Jakarta Utara. Masjid ami Al-Atiq yang berlokasi di Kampung Melayu Besar memiliki ciri khas arsitektur bangunan Jawa Kuno, yaitu atap bersusun dan lambang panah yang juga terdapat pada bangunan Masjid Demak, Masjid Sunan Giri dan Gresik. Untuk menambah kapasitas masjid, sehingga mengalami perluasan masjid sehingga menghilangkan beberapa bangunan asli masjid ini.

Masjid Al-Anwar, Muara Angke

sumber : https://wia.id/

Masjid Al-Anwar, Muara Angke dibangun sezaman dengan Masjid Luar Batang Jakarta Utara. Tepatnya masjid ini dibangun pada tahun 1761 ( tanggal 26 Sya’ban 1174 H) telah tercatat pada ambang pintu masjid sebelah timur yang berupa tulisan kaligrafi. Masjid ini diyakini yang mendirikan adalah orang Bali karena sebagian arsitektur masjid berciri budaya Bali. Tercatat pula bahwa pada tahun 1804, seorang kapitan (pemimpin) suku Bali bernama Mohammad Paridan Tousalette Babandan telah menyumbangkan perolehannya dari sewa dua puluh lima rumah petak miliknya di daerah Patuakan (kini kawasan Jl Perniagaan) untuk kas Masjid Angke.

Masjid dengan perpaduan arsitektur gaya Belanda, Banten kuno, dan Cina ini juga ada yang meyakini yang mendirikan adalah seorang wanita Tionghoa bernama Tan Nio, dengan arsiteknya Syaikh Liong Tan. Di pemakaman kecil di belakang masjid ini memang terdapat beberapa kuburan. Yang tertua di antaranya nisannya bertulisan aksara Cina: “Chen men Wang shi zhi mu”, ‘Nisan ny. Chen yang lahir sebagai Wang’.

Masjid Jami An-Nawier, Pekojan

sumber : https://wia.id/

Masjid yang didirikan di abad ke 18 ini tidak kalah bersejarahnya dengan Masjid Luar Batang Jakarta Utara. Masjid Jami an-Nawier populer dengan nama Masjid Jami Pekojan didirikan oleh Komandan Dahlan, yaitu seorang tokoh ulama dimasanya yang sangat disegani. Makam Komandan Dahlan berada di utara Masjid Jami Pekojan. Hingga sekarang masjid ini setiap sholt jumat menampung sekitar 2000 jamaah.

Masjid Luar Batang Jakarta Utara

sumber : https://m.caping.co.id/

Populer dengan sebutan Masjid Keramat Luar Batang Jakarta Utara. Masjid yang berada di Kelurahan Penjaringan ini sering dikunjungi para peziarah, karena kompleks masjid terdapat makam keramat Al-Habib Husein bin Abubakar Alaydrus dan muridnya seorang keturunan Tionghoa bernama Abdul Kadir. Masjid Luar Batang Jakarta Utara di bangun 3 bad yang lalu dan sekarang keberadaan masjid masih berdiri kokoh meskipun sudah mengalami renovasi untuk perluasan masjid. Masjid bersejarah ini merupakan saksi perlawanan Habib Husein kepada penjajah Belanda.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *