Masjid Agung Palembang Masjid Tertua dan Termegah di Nusantara

Masjid Agung Palembang Masjid Tertua dan Termegah di Nusantara

Masjid Agung Palembang merupakan masjid tertua di Sumatera Selatan. Masjid ini sudah memiliki usia lebih dari dua abad, namun arsitektur bangunan masjid utamanya masih bertahan hingga saat ini. Masjid Agung Palembang berdiri diatas tanah seluas 15.400 meter persegi di kawasan 19 Ilir, Kampung Asli Palembang dan Arab. Masjid ini juga dikenal dengan nama Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I, karena beliau adalah yang membangun masjid ini.Masjid megah ini sekarang menjadi Masjid regional di kawasan ASEAN, selain itu masjid ini juga menjadi salah satu obyek wisata religi di Kota Palembang.

Lokasi

Masjid Agung Palembang berada di wilayah Kelurahan 19 Ilir, Kecamatan Ilir Barat I, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. Gerbang utama Masjid Agung Palembang berhadapan langsung dengan Bundaran air mancur yang menjadi titik nol Kilometer Kota Palembang. Tepatnya, masjid ini beralamat di Jl Cik Agus Kiemas No 1 Palembang

Sejarah

Masjid Agung Palembang

sumber : https://www.goodnewsfromindonesia.id/

Masjid Agung Palembang didirikan oleh Sultan Mahmud Badaruddin I pada 1 Jumadil Akhir 1151 H (1738 M) di dalam kompleks Keraton Kesultanan Palembang Darussalam. Lokasi masjid berada di utara Keraton Kesultanan Palembang. Lokasi Masjid Agung Palembang sebelumnya pernah menjadi lokasi masjid yang telah di bangun oleh Sultan Palembang. Namun, pada tahun 1659 M masjid tersebut terbakar karena insiden peperangan antara masyarakat Palembang dengan Belanda. Kemudian pada tahun 1738 M, Sultan Mahmud Badaruddin I atau Jayo Wikramo membangun kembali masjid tepat di lokasi berdirinya masjid yang terbakar.

Pembangunan masjid ini membutuhkan waktu cukup lama sekitar 10 tahun untuk menyelesaikannya. Pada tanggal 28 Jumadil awal 1161H atau 26 Mei 1748 M setelah pembangunan masjid selesai dilakukan peresmian. Kondisi masjid yang dibangun saat itu belum memiliki menara, luas masjid sekitar 1080 meter persegi dengan memiliki daya tampung 1200 jamaah. Kapasitas yang melebihi 1000 jamaah, membuat Masjid Agung Palembang menjadi masjid tertua dengan memiliki bangunan terbesar di Nusantara saat itu. Setelah berdiri masjid yang di bangun oleh Sultan Mahmud Badaruddin I bernama Masjid Sultan, karena di bangun oleh Sultan. Sepuluh tahun kemudian tepatnya pada 1758-1774 M, saat itu di bawah pemerintahan Sultan Ahmad Najamudin di bangunlah sebuah menara masjid yang terpisah dari bangunan masjid.

Lagi-lagi peperangan besar terjadi antara penjajah Belanda dengan masyarakat Palembang pada tahun 1819 dan 1821 M yang berakibat rusaknya bangunan Masjid Sultan. Setelah peperangan usai, pada tahun 1848 dilakukan perbaikan Masjid Sultan oleh pemerintah Penjajahan Belanda. Perbaikan masjid dilakukan pada atap menara berganti atap sirap dan penambahan tinggi menara yang dilengkapi dengan beranda melingkar. Dilakukan perubahan bentuk gerbang serambi masuk dari bentuk tradisional menjadi bentuk Dorik. Perubahan masjid untuk perluasan dilakukan pada tahun 1879. Gerbang serambi masuk dirubah bentuknya dengan menambahkan serambi terbuka. Sehingga bentuknya seperti pendopo bergaya bangunan kolonial.

Perluasan pertama Masjid Agung Palembang dilakukan pada tahun 1897 oleh Sayid Umar bin Muhammad Assegaf Altoha dan Sayid Achmad bin Syech Sahab di bawah pimpinan angeran Nataagama Karta mangala Mustafa Ibnu Raden Kamaluddin. Perluasan kedua masjid dilakukan pada tahun 1930, yaitu menambah jarak antara pilar dengan atap menjadi 4 meter. Perluasan ketiga dilakukan di masa kemerdekaan oleh Yayasan Masjid Agung di tahun 1952 dengan menambahkan bangunan berkubah. Pada tahun 1966 -1969, pengurus yayasan Masjid Agung Palembang menambah ruangan bangunan lantai dua. Sedangkan pada tanggal 22 Januari 1970 dimulai pembanguan menara baru bersegi 12 setinggi 45 meter, dana dari Pertamina Sumbagsel dan di resmikan pada Tanggal 1 Februari 1971.

Renovasi perluasan bangunan tambahan dilakukan pada tahun 2000. Renovasi perluasan selesai dan diresmikan oleh Presiden RI Hj. Megawati Soekarno Putri pada tanggal 16 Juni 2003. Bangunan masjid tambahan ukurannya berkali lipat dari bangunan asli, sehingga Masjid Agung Palembang menjadi sangat luas dengan daya tampung jamaah yang besar.

Arsitektur

sumber : https://www.goodnewsfromindonesia.id/

Masjid Agung Palembang memiliki perpaduan tiga gaya arsitektur, Melayu, China, dan Eropa. Ketiga gaya arsitektur tersebut bisa di lihat pada atap utama masjid yang mirip klenteng. Gaya arsitektur Eropa bisa di lihat pada pintu masuk di gedung baru masjid yang besar dan tinggi.

Dekoratif yang banyak terdapat di interior masjid ini lebih bergaya Melayu karena penuh dengan hiasan berupa ukiran kaligrafi dan ornamen sulur tanaman dicampur dengan perpaduan warna emas dan coklat khas Palembang. Hiasan-hiasan tersebut bisa dilihat pada setiap tiang penyangga diruangan masjid. Kemudian hiasan juga terdapat pada mimbar masjid, pada tangga mimbar ada ornamen kotak-kotak dengan lubang kecil di tengahnya yang berwarna emas. Ada lagi pada dua buah tiang persegi empat pada mimbar,yang berwarna coklat dengan hiasan bunga dan sulur. Bagian atas tiang berbentuk melengkung dan berhiaskan simbar yang distilir dengan bunga dan sulur-sulur dan hiasan bunga berderet.

Pintu masjid juga terdapat ornamen sulur-sulur dan hiasan wajik. Ornamen yang tampak dari luar masjid terdapat pada atap dengan ujung-ujung atap ada hiasan berupa candi kecil dengan pelipit rata, padma, ratna, kumuda, dan puncaknya seperti kuncup bunga.
Dinding dan kolom, umumnya berhiaskan motif profil yang mengadopsi dekorasi arsitektur gaya eropa. Selanjutnya jendela, pada bukaan jendela ini dihiasi dengan kaca dekoratif.

Tata Ruang

Ruang Utama

sumber : https://www.indonesiakaya.com/

Ruang utama Masjid Agung Palembang memiliki ukuran 23 m × 23 m dengan sembilan pintu dan enam belas tiang termasuk 4 soko guru. Soko guru memiliki bentuk segi delapan dengan bagian bawah dilapisi porselin setinggi 1 meter. Di atas porselen ada ornamen tumpal polos berwama hijau tua. Dinding bagian belakang mihrab ada ukiran kaligrafi Muhammad dibuat berganda (Muhammad bertangkup). Semua hiasan dan kaligrafi berwarna emas, dan puncak mihrab terdapat bentuk simbar. Luas ruangan 8,6 m × 3,6 m dengan pintu di sisi utara dan bagian depannya terdapat tangga dengan enam anak tangga. Ruangan mihrab mempunyai atap berbentuk limas bertingkat dua dengan ukiran bunga di setiap sudutnya. Pada puncak atapnya terdapat hiasan labu berganda.

Ruang Tambahan

sumber : https://www.gomuslim.co.id/

Ruang I

Ruang tambahan pertama memiliki ukuran 36 m × 32 m, memiliki satu pintu masuk utama di sisi timur dan pada bagian tengah dinding terdapat tiga buah pintu dengan ukiran khas palembang dan satu buah pintu polos. Ruang tambahan pertama ini mempunyai atap tersendiri tidak bersatu dengan ruang utama. Bentuknya seperti rumah biasa berhiaskan jurai pada sisi atasnya dan pada ujung-ujung atap tersebut hiasannya berupa candi kecil dengan pelipit rata, padma, ratna, kumuda, dan puncaknya seperti kuncup bunga.

Ruang II

Ruang tambahan kedua merupakan bangunan tingkat dua berbentuk ‘U’ seperti ruang tambahan I , lantai II berfungsi sebagai tempat shalat kaum wanita dan pengajian. Ruangan ini mempunyai pintu sebanyak Sembilan buah. Selain itu terdapat tiang berbentuk bulat polos berwarna kuning gading berjumlah 32 buah, tiang dengan umpak persegi dan badan bulat mengecil hingga keatas berjumlah 26 buah dan tiang dengan dasarnya bulat ada 34 buah.

Ruang III

Ruang tambahan ketiga berada di sisi timur masjid dan merupakan bangunan baru (tahun 1970). Ruang mempunyai tiga buah pintu dan jendela tanpa daun jendela, hanya ditutup dengan teralis bertuliskan Allah dan Muhammad. Ruangan ini merupakan pintu (jalan) masuk melalui masjid yang hanya dibuka pada saat shalat Jum’at atau shalat Ied.

Ruang IV

Ruang tambahan keempat merupakan ruangan terbuka dengan teralis sebagai dindingnya, tetapi pada bagian atasnya terdapat dinding berhiaskan motif bujur sangkar berderet dan kelopak bunga di atas bujur sangkar tersebut. Dalam ruangan terdapat menara baru dengan pintu masuk menara di sisi timur ruangan ini juga.

Cagar Budaya

sumber : https://www.gomuslim.co.id/

Masjid Agung Palembang merupakan peninggalan sejarah masa lalu pada Kesultanan Palembang dan termasuk masjid tertua. Dengan usia bangunan yang melebihi dua abad, maka berdasarkan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia MA/233/2003 tertanggal 23 Juli 2003, masjid ini ditetapkan sebagai salah satu masjid nasional. Kemudian pada 2009, berdasarkan UU No 5 tahun 1992 tentang bangunan Cagar Budaya, serta Surat Peraturan Menteri No PM19/UM.101/MKP/2009, Masjid Agung Palembang menjadi salah satu bangunan Cagar Budaya yang dilindungi pemerintah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *