Mengenal Masjid Agung Palembang Tempo Dulu

Mengenal Masjid Agung Palembang Tempo Dulu

Masjid Agung Palembang tempo dulu yang didirikan pada tahun 1738 dan diresmikan pada tahun 1748 merupakan masjid Kesultanan Palembang Darussalam yang didirikan oleh Sultan Mahmud Badaruddin I yang dikenal dengan Jayo Wikramo. Masjid Agung Palembang memiliki beberapa keistimewaan, salah satunya bangunan Masjid Agung Palembang tempo dulu masih dapat dinikmati hingga saat ini. Karena bangunan lama Masjid Agung Palembang sengaja tidak dirubah bentuknya meskipun sedikit sekali ada perubahan pada bagian kecil dari masjid ini.

sumber :  https://palembang.tribunnews.com/

Masjid warisan Kesultanan Palembang Darussalam ini, sekarang menjadi salah satu masjid tertua di Kota Palembang. Lokasi Masjid Agung Palembang tempo dulu berada di utara Istana Kesultanan Palembang, di belakang Benteng Kuto Besak yang berdekatan dengan aliran sungai Musi. Tepatnya masjid ini beralamat di Kelurahan 19 Ilir, Kecamatan Ilir Barat I, tepat di pertemuan Jalan Merdeka dan Jalan Sudirman, pusat Kota Palembang.

Arsitektur

Masjid Agung Palembang Tempo Dulu

sumber : https://palembang.tribunnews.com/

Arsitektur Masjid Agung Palembang tempo dulu di desain oleh arsitek dari benua Eropa. Meskipun dirancang oleh seorang kebangsaan Eropa, Masjid Agung Palembang tempo dulu memiliki konsep bangunan dengan memadukan tiga unsur arsitektur, yaitu Eropa, China, dan Nusantara. Unsur arsitektur Nusantara bisa diketahui dari pola struktur bangunan utama berundak tiga dengan puncaknya berbentuk limas. Undakan ketiga yang menjadi puncak masjid atau mustaka memiliki jenjang berukiran bunga tropis. Pada bagian ujung mustaka terdapat mustika berpola bunga merekah. Bentuk undakan bangunan masjid dipengaruhi bangunan dasar candi Hindu Jawa.

Atap Masjid Agung Palembang tempo dulu berbentuk limas, terdiri dari tiga tingkat. Pada bagian atas sisi limas atap terdapat jurai daun simbar menyerupai tanduk kambing yang melengkung. Setiap sisi limas memiliki 13 jurai. Bentuk jurai melengkung dan lancip. Arsitektur ini merupakan bentuk atap kelenteng China. Kemudian ciri khas arsitektur Eropa terdapat pada bentuk jendela masjid yang besar dan tinggi. Pilar masjid berukuran besar dan memberi kesan kokoh. Material bangunan seperti marmer dan kaca diimpor langsung dari Eropa.

Pembangunan Menara Pertama

sumber : https://palembang.tribunnews.com/

Masjid Agung Palembang tempo dulu, pertama berdirinya belum memiliki menara masjid. Menara masjid ini pertama kali di bangun pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Najamudin di tahun 1758–1774. Bangunan menara masjid berlokasi terpisah dengan bangunan Masjid Agung Palembang tempo dulu, yaitu berada di sisi barat masjid. Menara masjid di bangun dengan ketinggian 20 meter dengan memiliki arsitektur mirip bangunan menara klenteng, yait berbentuk segi enam dengan atap yang melengkung pada bagian ujungnya dan beratap genteng. Karena bangunan menara masjid ini terpisah dengan bangunan utama masjid, maka menara ini memiliki pagar yang mengelilinginya dan memiliki teras.

Pemugaran dan Renovasi

sumber : https://srivijaya.id/

Masjid Agung Palembang tempo dulu dilakukan pemugaran pertama pada tahun 1819 dan 1821 yang disebabkan oleh sebuah peperangan besar antara masyarakat Palembang dengan penjajah Belanda sehingga mengakibatkan beberapa bangunan mengalami kerusakan. Kemudian pada tahun 1848 Masjid Agung Palembang tempo dulu mengalami perluasan yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda dengan menrubah gerbang utama masjid. Selanjutnya di tahun 1879 serambi utama gerbang masjid ini diperluas dengan menambahkan pilar-pilar beton yang besar berbentuk bulat.

Perluasan pertama Masjid Agung Palembang tempo dulu dilakukan pada tahun 1897 oleh Pangeran Nata Agama Karta Manggala Mustofa Ibnu Raden Kamaluddin. Tanah kawasan masjid merupakan wakaf dari Sayyid Umar bin Muhammad Assegaf Althoha dan Sayyid Achmad bin Syech Shahab. Perbaikan dan perluasan Masjid Agung Palembang tempo dulu dilakukan kembali pada tahun 1893. Pada tahun 1916 bangunan menara masjid disempurnakan. Kemudian pada tahun 1930, dilakukan perubahan struktur pilar masjid. Yakni menambah jarak pilar dengan atap menjadi 4 meter.

Masjid Agung Palembang tempo dulu setelah masa kemerdekaan Indonesia, juga mengalami perluasan dengan membangun lantai dua pada tahun 1966-1969. Kemudian pada tahun 1970 dibangunlah menara masjid baru dengan ketinggian 45 meter, sehingga masjid ini memiliki dua menara dengan arsitektur berbeda. Renovasi terakhir Masjid Agung Palembang dilakukan pada tahun 2000, dan sekarang masjid mampu menampung 9.000 jamaah.

Masjid Agung Palembang tempo dulu adalah bangunan masjid yang dipertahankan arsitekturnya sejak masjid ini didirikan, meskipun mengalami beberapa kali perbaikan dan perluasan. Sehingga masjid ini menjadi saksi sejarah keberadaan Kesultanan Pelembang Darussalam dan semangat perjuangan rakyat Palembang dalam mengusir penjajah Belanda.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *