Sejarah Masjid Nabawi

Sejarah Masjid Nabawi

Sejarah Masjid Nabawi merupakan salah satu bagian ilmu sejarah Islam yang harus diketahui oleh umat Islam. Kejayaan sebuah peradaban dihasilkan dari generasi penerusnya yang mengerti sejarah peradaban masa lalu. Dengan mengenal sejarah masa lalu, para generasi penerus ini akan mengambil pelajaran yang penting dan berharga untuk mengulang kembali kejayaan masa lalu. Seperti sejarah Masjid Nabawi, awalnya sebuah bangunan masjid yang kecil yang di bangun oleh Nabi Muhammad SAW, kemudian bermetamorfosis menjadi bangunan yang megah dan indah.

Kemegahan dan keindahan Masjid Nabawi sekarang ini tidak lepas dari kejayaan umat Islam di masa lalu. Peristiwa apa saja yang dialami dalam sejarah Masjid Nabawi sehingga sampai hari ini masih berdiri kokoh dan digunakan ibadah jutaan jamaah umat Islam dari penjuru dunia ? Ayo kita baca selengkapnya perjalanan sejarah Masjid Nabawi di bawah ini.

Sejarah Masjid Nabawi Dalam Pembangunannya

Sejarah Masjid Nabawi

sumber : https://kisahmuslim.com/

Sejarah Masjid Nabawi, pembangunan dilakukan pada bulan Raibul Awal ketika awal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hijarah ke Madinah. Sejarah Masjid Nabawi ini memiliki banguanan dengan ukuran panjang 70 hasta dan lebarnya 60 hasta atau panjangnya 35 m dan lebar 30 m. Jika dibandingkan dengan Masjid Nabawi saat ini sangat jauh sekali dengan keadaan Masjid Nabawi ketika pertama di bangun oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan lantai masjid masih tanah yang berbatu, kemudian atapnya dari pelepah kurma, dan terdapat tiga pintu.

Sejarah Masjid Nabawi, lokasi masjid dulunya milik Bani Najjar. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membebaskan tanah itu dengan membelinya. Namun sebelum membebaskan tanah itu, sebenarnya Bani Najjar ingin mewakafkan bangunan dan tanah mereka untuk menjadi lokasi pembangunan Masjid Nabawi dan Bani Najjar hanya berharap pahala dari sisi Allah atas amalan mereka tersebut.

Dalam sejarah Masjid Nabawi ternyata perluasan masjid ini sudah dilakukan di zaman Nabi Muhammad SAW. Pada saat itu beliau SAW sepulang dari Perang Khaibar melihat jamaah semakin banyak. Kemudian memerintahkan Utsman bin Affan untuk menanggung biaya pembebasan tanah sebagai perluasan masjid saat itu. Dalam perluasan Masjid Nabawi saat itu ditambahakan masing-masing 20 hasta untuk panjang dan lebar masjid.

Karena Masjid ini di bangun atas dasar ketakwaan, maka Masjid Nabawi memiliki salah satu keutamaan, yaitu dilipatgandakannya pahala shalat di dalamnya. Hal ini memiliki dalil yang bersumber dari As Sunnah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Shalat di masjidku ini lebih utama dari 1000 kali shalat di masjid selainnya, kecuali Masjid al-Haram.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sejarah Mimbar Nabi

sumber : http://satupedang.blogspot.com/

Sejarah Masjid Nabawi juga berbicara tentang mimbar Nabi SAW. Hal ini tertuang dalam sebuah hadist

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Antara rumahku dan mimbarku ada taman dari taman-taman surga, dan mimbarku di atas telagaku.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Sejarah Masjid Nabawi menceritakan awal mula mimbar Nabi, Ketika itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah di atas potongan pohon kurma. Mengetahui hal itu, maka sahabat anshor membuatkan mimbar Nabi, dan sejak saat itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu berkhutbah di atas mimbar. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkutbah di atas mimbar baru tersebut terdengarlah suara tangisan dari pohon kurma seperti tangisan anak kecil. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendekapnya. Pohon itu terus menangis layaknya anak kecil. Kemudian Rasulullah mengatakan, ‘Ia menagis karena kehilangan dzikir-dzikir yang dulunya disebut di atasnya’.

Raudhah

sumber : http://satupedang.blogspot.com/

Sejarah Masjid Nabawi juga mengisahkan tentang Raudhah. Raudhah ini adalah sebuah tempat yang terletak antara mimbar Nabi dengan rumah Nabi SAW. Jarak antara mimbar dan rumah Nabi adalah 53 hasta atau sekitar 26,5 m. Tentang Raudhah Rasulullah juga menyampaiakan tentang keutamaannya.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Antara rumahku dan mimbarku terdapat taman di antara taman-taman surga. Dan mimbarku di atas telagaku.” (HR. Bukhari).

Shufah Masjid Nabawi

Menurut sejarah Masjid Nabawi , shufah masjid ini dibangun setelah Allah SWT memerintahkan untuk berikiblat ke Masjidil Haram di Mekah. Kemudian Rasulullah mengajak para sahabatnya membangun atap masjid sebagai pelindung bagi para sahabat yang tinggal di Masjid Nabawi. Shufah Masjid Nabawi dulunya sebagai tempat tinggal orang-orang yang hijrah dari berbagai penjuru negeri menuju Madinah untuk memeluk Islam. Namun, mereka tidak memiliki kerabat di Madinah dan belum mampu membikin rumah.

Makam Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam

sumber : http://www.sidoharind.co.id/

Dalam cacatan sejarah Masjid Nabawi, makam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dulunya adalah kamar di dalam rumah beliau. Posisi makam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadap kiblat dan disitu juga terdapat makam Abu Bakar ash-Shiddiq dan posisi kepala Abu Bakar sejajar dengan bahu Nabi. Di belakang makam Abu Bakar terdapat makam Umar bin Khattab dan posisi kepala Umar sejajar dengan bahu Abu Bakar.

Usaha Pencurian Jasad Nabi

Sejarah Masjid Nabawi juga mencatat tentang peristiwa tentang usaha pencurian jasad Nabi Muhammad SAW. Dan hal ini dilakukan sejak dulu. Usaha pencurian jasad Nabi di makamnya dilakukan pertama kali oleh seorang pimpinan dari Dinasti Ubaidiyah, namanya al-hakim bi Amrillah. Pimpinan Dinasti Ubaidiyah memerintahkan dua orang yang bernama Abu al-Futuh Hasan bin Ja’far. Al-Hakim dan Hasan bin Ja’far supaya memindahkan jasad Nabi SAW ke Mesir. Qodarullah dalam perjalanan menuju Madinah kelompok Abu al-Futuh Hasan bin Ja’far binasa oleh angin yang kencang. Al-Hakim bi Amrillah kemudian memerintahkan lagi sejumlah orang penggali kubur menuju Madinah. Belum sampai aksinya mendapatkan jasad Nabi SAW, para penggali kubur ini sudah ketahuan.

Pada tahun 557 H upaya pencurian jasad Nabi dilakukan kembali oleh raja-raja Nasrani Maroko. Sebelum niat raja Maroko ini berhasil sudah bisa digagalkan oleh Nuruddin az-Zanki. Karena sebelumnya Nuruddin az-Zanki mimipi bertemu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau mengatakan “Selamatkan aku dari dua orang ini, Nabi menunjuk dua orang yang terlihat jelas wajah keduanya dalam mimpi tersebut.”

Upaya pencurian jasad Nabi juga dilakuakan kembali setelah itu oleh orang-orang Nasrani Syam. Dengan sombongnya mereka mengatakan ingin mengambil jasad Nabi di makamnya. Akhirnya sebelum masuk kota Madinah mereka dibunuh oleh kaum muslimin dan sebagiannya ditangkap.

Perluasan Masjid Nabawi

Sejarah Masjid Nabawi juga mencatat tentang peristiwa perluasan Masjid Nabawi dari sejak masjid ini di bangun Nabi Muhammad SAW hingga saat ini.

  • Perluasan pertama dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada tahun ke-7 H, sepulangnya beliau dari Perang Khaibar.
  • Pada saat Umar bin Khattab, tahun 17 H menjadi khalifah, Bangunan Masjid Nabawi kembali mengalami perluasan karena jamaah semakin banyak. Perluasan yang dilakukan oleh Umar yaitu menambahkan sebuah tempat yang agak meninggi di luar masjid yang dinamakan batiha. Fungsi batiha sebagai tempat mengumumumkan suatu berita, membacakan syair, atau hal-hal lainnya yang tidak terkait syiar agama.
  • Pada tahun 29 H Masjid Nabawi kembali mengalami perluasan di masa Utsman bin Affan.
  • Pada tahun 88-91 H perluasan masjid dilakukan oleh Khalifah Umayyah, Walid bin Abdul Malik.
  • Pada tahun 161-165 H kembali dilakukan perluasan masjid oleh Khalifah Abbasiyah, al-Mahdi.
  • Pada tahun 888 H perluasan masjid dilakukan oleh al-Asyraf Qayitbay.
  • Pada tahun 1265-1277 H perluasan masjid dilakukan oleh Sultan Utsmani, Abdul Majid.
  • Pada tahun 1372-1375 H perluasan dilakukan oleh Raja Arab Saudi, Abdul Aziz alu Su’ud.
  • Pada tahun 1406-1414 H perluasan dilakukan oleh Khadimu al-Haramain asy-Syarifain, Fahd bin Abdul Aziz alu Su’ud.
  • Saat ini perluasan masjid dilakukan oleh Khadimu al-Haramain asy-Syarifain, Abdullah bin Abdul Aziz.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *