5 Peninggalan Kesultanan Banten

5 Peninggalan Kesultanan Banten

Peninggalan Kesultanan Banten merupakan warisan sejarah Islam nusantara yang harus dilestarikan sebagai bukti peradaban Islam di Tanah Jawa. Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang telah didirikan oleh putra dari Sunan Gunung Jati yang bernama Sultan Maulana Hasanudin. Kesultanan Banten berdiri bukan karena merampas sebuah wilayah kekuasan kerajaan sebelumnya dimasa lalu. Tetapi kemunculan kesultanan Banten merupakan buah dari dakwah yang dilakukan oleh Sunan Gunung Jati bersama Sultan Maulana Hasanudin.

Penjajahan yang dilakukan oleh Belanda sedikit-demi sedikit wilayah kekuasan kesultanan Banten lepas dikuasai oleh penjajah Belanda. Hingga terjadi konflik internal dalam perebutan kekuasaan membuat kesultanan Banten akhirnya runtuh dan wilayah kekuasaan banten beralih kepada penjajah Belanda. Sehingga dimasa sekarang hanya tersisa peninggalan kesultanan Banten sebagai saksi sejarah dimasa lalu. Apa saja peninggalan kesultanan Banten ? Selengkapnya kita cek di bawah ini.

Keraton Surosowan Banten

peninggalan kesultanan banten

sumber : https://muslimobsession.com/

Peninggalan kesultanan Banten yang pertama adalah keraon Surosowan Banten. Keraton ini sekarang hanya terlihat puing-puingnya saja. Keraton Surosowan Banten sekarang berlokasi di Desa Banten, Kecamatan Kasemen, kawasan Banten Lama. Peninggalan kesultanan Banten ini dulu menjadi saksi kejayaan Banten yang berfungsi sebagai tempat tinggal para sultan dan menjadi pusat pemerintahan Banten.

Keraton Surosowan didirikan oleh Sultan Banten pertama yaitu Sultan Maulana Hasanudin sekitar tahun 1526. Selain membangun keraton, pada saat itu juga di bangun alun-alun, masjid, dan pelabuhan. Setelah masa jaya dai kesultanan Banten berakhir , maka terjadilah peperangan melawan penjajah Belanda sehingga peninggalan kesultanan Banten yaitu keraton Surosowan mengalami kehancuran.

Peninggalan kesultanan Banten hari ini hanya menyisakan puing-puing reruntuhan dimasa lalu. Pada lokasi keraton masih dapat dilihat beberapa bagian keraton dengan berbagai macam fungsi, seperti gerbang, bale kambang rara denok ( tempat beristirahat putri-putri sultan), kolam, dll. Keraton Surosowan saat ini hanya mejadi cagar budaya oleh pemerintah Provinsi Banten.

Keraton Kaibon Banten

sumber : https://wisatabanten.com/

Peninggalan Kesultanan Banten selanjutnya adalah bangunankeraton Kaibon. Lokasi keraton Kaibon berada di Kampung Kroya, Kasunyatan, Kecamatan Kasemen , Banten. Keraton Kaibon di bangun sebagai tempat tinggal ibu dari Sultan Syaifuddin, yang bernama Rati Aisyah sebagai pengawas bagi Sultan Syaifuddin kala itu. Keraton Kaibon kondisinya juga hancur saat ini. Hancurnya peninggalan kesultanan Banten ini karena serangan dari penjajah Belanda.

Penghancuran keraton Kaibon memiliki perbedaan dengan hancurnya keraton Surosowan. Pada keraton Kaibon masih menyisakan gerbang dan pintu-pintu besar. Gerbang dan pintu-pintu besar ini sekarang menjadi tujuan wisata sejarah Banten. Pintu berukuran besar khas Bugis yang berada di dalam keraton ini bernama Pintu Paduraksa. Peninggalan Kesultanan Banten ini dibangun menghadap ke barat dan didepannya terdapat sebuah kanal sebagai sarana transportasi yang terhubung antara keraton Surosowan dengan keraton Kaibon.

Gerbang bersayap peninggalan keraton Kaibon ini memiliki arsitektur Jawa dan Bali. Keraton Kaibon Banten memiliki arsitektur unik dan modern di zamannya karena bangunan keraton ini seolah-olah dibangun di atas air. Nilai Islam dalam desain keraton Kaibon juga tinggi. Terbukti dengan adanya bangunan Masjid disisi kanan gerbang.

Danau Tasikardi

sumber : https://travelingyuk.com/

Penggalan kesultanan Banten ketiga adalah sebuah danau yang bernama Tasikardi. Danau ini merupakan danau buatan yang di bangun saat pemerintahan Sultan Maulana Yusuf, sekitar tahun 1570 sd 1580. Di masa itu danau Tasikardi memiliki luas sekitar 5 hektar dengan dilapisi ubin dan batu bata. Sayangnya, hari ini luas danau menyusut, ubin dan batu bata yang melapisinya hanyut dan tertimbun tanah.

Danau peninggalan kesultanan Banten ini dahulu berfungsi sebagai sumber utama pasokan air menuju keraton Kaibon dan berfungsi sebagai irigasi untuk persawahan di sekitar Banten. Sumber air Danau Tasikardi diperoleh dari Sungai Cibanten. Danau ini juga sebagai pasokan air untuk Keraton Surosowan. Karena air dari Sungai Cibanten keruh, maka sultan membangun alat penjernihan air di Danau Tasikardi.

Penjernihan air menggunakan bahan pasir dan injuk (serabut pohon nira). Setelah air jernih, kemudian dialirkan menuju keraton. Bangunan penjernihan air ini dibangun oleh seorang arsitek yang bernama Hendrik Lucaszoon Cardeel, seorang arsitek berkebangsaan Belanda.

Meriam Ki Amuk

sumber : https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/

Penggalan kesultanan Banten keempat adalah meriam Ki Amuk. Meriam berukuran cukup besar yang tersimpan di halaman Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama. Memiliki ukuran panjang 341 cm, berdiameter belakang 66 cm, dan diameter moncong 60 cm serta bagian dalam berdiameter 32 cm. Meriam Ki Amuk ini memiliki berat sekitar 6 ton.

Peninggalan kesultanan Benten ini berasal dari salah satu senjata yang berada di dalam bangunan benteng Speelwijk. Meriam yang besar ini di namakan Ki Amuk karena memiliki daya ledak yang tinggi dengan jangkauan tembakan yang jauh. Sehingga meriam ini merupakan senjata rampasan yang dihasilkan dari peperangan melawan Belanda.

Masjid Agung Banten

sumber : https://www.idntimes.com/

Peninggalan kesultanan Banten kelima adalah bangunan Masjid Agung Banten. Masjid ini dibangun bersama dengan pembangunan bangunan pemerintahan di masa lalu seperti keraton surosowan, alun-alun,dll. Peninggalan kesultanan Banten yang hingga hari ini masih berfungsi dan bangunan masih berdiri kokoh adalah Masjid Agung Banten.

Kompleks Masjid Agung Banten memiliki luas sekitar 1,3 hektar. Keunikan pada Masjid Agung Banten yang paling menonjol adalah banguanan menara masjidnya. Menara Masjid Agung Banten seperti sebuah menara mercusuar yang ada di pantai. Dulunya menara masjid ini memang berfungsi salah satunya sebagai menara pengawas untuk mengawasi kapal yang datang ke pelabuhan.

Menara masjid yang memiliki 83 anak tangga ini memiliki arsitektur yang khas pada atap utamanya, yaitu berarsitektur China karena mirip atap pagoda. Peninggalan kesultanan Banten ini dirancak oleh 3 arsitek, pertama adalah Raden Sepat, arsitek dari Majapahit, kemudian arsitek Cina bernama Tjek Ban Tjut dan yang ketiga adalah arsitekt Eropa yaitu Henrik Lucaszoon Cardeel, seorang arsitek dari Batavia.

Hari ini Masjid Agung Banten selain berfungsi sebagai tempat ibadah sholat, masjid ini juga menjadi wisata religi. Wisata religi pada masjid ini, pengunjung bisa melihat bangunan masjid dengan arsitektur yang menakjubkan seperti bentuk atap masjid, menara masjid yang mirip mercusuar.

Dalam kompleks Masjid Agung Banten juga ada sebuah Paviliun (Tiyamah) yang berada di bagian Selatan Masjid, berbentuk seperti empat persegi panjang yang bertingkat.Tiyamah ini dulunya memiliki fungsi sebagai tempat musyawarah masalah agama dan problematika umat. Di kompleks masjid ini juga ada makan-makan Raja (Sultan) yang pernah berkuasa di kesultanan Banten, diantara makam yang ada di komplek ini adalah makam Sultan Abdul Mufasir Muhmmad Aliyuddin, Sultan Maulanan Hasanuddin, Sultan Ageng Tirtayasa, dan makan Sultan-Sultan kesultanan Banten lainnya.

Lokasi Masjid Agung Banten dapat ditemui dengan melakukan perjalanan ke Kota Serang dahulu jika pengunjung berasal dari luar kota Serang. Kemudian perjalanan dilanjutkan ke arah desa Banten Lama dengan jarak sekitar 10 meter. Setelah sampai di desa tersebut, maka dengan mudah pengunjung bisa sampai di lokasi Masjid Agung Banten.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *