Sejarah dan Keistimewaan Masjid Baiturrahman Banyuwangi

Sejarah dan Keistimewaan Masjid Baiturrahman Banyuwangi

Masjid Agung satu-satunya di Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur adalah Masjid Baiturrahman Banyuwangi. Masjid Baiturrahman Banyuwangi memang tidak setenar Masjid Raya Baiturrahman Aceh meskipun memiliki nama yang sama. Namun, Masjid Baiturrahman Banyuwangi juga memiliki nilai sejarah dan sekarang menjadi ikon Kabupaten Banyuwangi dan Propinsi Jawa Timur.

Masjid Baiturrahman Banyuwangi

sumber : https://www.travelerien.com/

Masjid Baiturrahman Banyuwangi memiliki luas bangunan 7.245 meter persegi yang berada diatas tanah seluas sekitar 5.245 meter persegi, sehingga masjid memiliki daya tampung sekitar 5110 jamaah. Masjid ini beralamat di jalan Jendral Sudirman nomor 137 di depan Taman Sritanjung.

Sejarah

Pada tahun 1773-1782 Masehi saat pemerintahan Bupati Raden Tumenggung Wiroguno I (Mas Alit), berkembanglah Masjid Baiturrahman Banyuwangi pertama kalinya. Raden Tumenggung Wiroguno I (Mas Alit) adalah seorang Bupati terakhir Blambangan dan seorang Bupati pertama Banyuwangi. Pada saat itu agama Islam sudah menjadi agama mayoritas penduduk Banyuwangi, sehingga keberadaan Masjid Baiturrahman Banyuwangi menjadi monumental sebagai pusat penyebaran agama Islam di Banyuwangi.

Raden Tumenggung Wiroguno I (Mas Alit) menjadi Bupati karena usulan dari penduduk Banyuwangi karena memiliki kemampuan dan seorang muslim yang taat. Hal ini dibuktikan selama dalam pemerintahannya dengan menata tata letak kota seperti Masjid Baiturrahman, Pendapa Sabha Swagatha Blambangan (rumah dinas para Bupati Banyuwangi dari masa ke masa), penjara/Mapolres Banyuwangi, dan alun-alun Taman Sritanjung serta pasar Banyuwangi, sehingga sirkulasi perekonomian berjalan lancar dengan konsep Islam yang sudah banyak dilakukan oleh Walisongo.

Masjid Baiturrahman Banyuwangi adalah masjid tua yang harus di rawat dan di jaga. Untuk merawat dan menjaga masjid ini dilakukanlah beberapa kali renovasi (pembangunan) sejak pertama masjid ini dibangun. Renovasi pertama pada tahun 1844, renovasi kedua pada tahun1971, dan renovasi ketiga pada tahun 1990, dan yang terakhir dilakukan pada tahun 2005. Renovasi yang telah dilakukan dari waktu ke waktu membawa perubahan pada Masjid Baiturrahman Banyuwangi, mulai dari bangunan hingga fasilitas-fasilitas masjid yang membuat jamaah semakin kerasan dan rindu dengan Masjid Baiturrahman Banyuwangi.

Keistimewaan Masjid Baiturrahman Banyuwangi

Kubah geser

Masjid Baiturrahman Banyuwangi total memiliki 11 kubah. Kubah utama memiliki diameter 13,5 m. Posisinya terletak di tengah dan menyanggah ruang utama. Kubah geser berada di bagian utara dan bagian selatan atau tepatnya di atas serambi utara lantai 2 dan serambi selatan lantai 2. Kubah geser ini adalah yang pertama di Jawa Timur bahkan bisa jadi di Indonesia. Kubah geser menambah keindahan masjid dan juga berfungsi sebagai ventilasi terbuka raksasa agar sirkulasi udara dalam ruangan benar-benar terjaga dengan baik.

Air Mancur Dzikir Cinta

sumber : https://www.travelerien.com/

Air Mancur Dzikir Cinta berda di depan aula masjid yang berbentuk bunga anturium raksasa. Air mancur ini juga berfungsi sebagai tempat wudhu’ jama’ah.

Kaca Grafir Raksasa

sumber : https://www.travelerien.com/

Kaca Grafir Raksasa yang berlafadzkan Allahu Akbar, nama Allah SWT dan Muhammad SAW menjadi ornamen yang berada di ruang utama sholat.

Al-Qur’an Raksasa

Selain ornamen yang indah dari kaca grafir, di ruang utama masjid juga terdapat Al-Qur’an raksasa untuk menambah keindahan arsitektur interior masjid.

Tangga Utama Yang Sangat Megah

Tangga ini berfungsi untuk menuju lantai dua masjid, dan di bawahnya ada ruang wudhu, kamar mandi dan tempat penitipan sandal-sepatu serta gudang.

Lampu Gantung Raksasa

Lampu gantung raksasa yang megah berada di ruang utama masjid. Ada dua lampu kembar tergantung di ruang sayap selatan dan utara, sehingga gemeriap cahayanya menghiasi ruangan masjid menambah kemegahan Masjid Baiturrahman Banyuwangi.

Arsitektur Masjid Baiturrahman Banyuwangi

sumber : https://infopromodiskon.com/

Arsitektur masjid merupakan perpaduan kebudayaan Banyuwangi dengan unsur Islam. Kebudayaan Banyuwangi bisa dilihat pada ornamen yang menghiasi masjid ini seperti motif ukiran Gajah Oling yang terdapat pada mimbar masjid. Gajah Oling bermakna mengingat Allah SWT, menjalankan segala perintah-Nya, juga melaksanakan Sunnah Rasulullah Muhammad SAW sebagai jalan terbaik dalam menjalani kehidupan ini.

Makna filosofis Gajah Oling berarti mengingat Allah SWT, menjalankan segala perintah-Nya, juga melaksanakan Sunnah Rasulullah Muhammad SAW sebagai jalan terbaik dalam menjalani kehidupan ini agar harmonisasi hayati bisa terjaga sekaligus terpelihara dengan baik. Ornamen Gajah Oling ini juga menghiasi deretan jendela tertutup (kaca grafir) di bawah kubah sayap selatan, kubah tengah, kubah sayap utara, tak ketinggalan juga kaca grafir dengan motif Gajah Oling ini menghiasi krawangan besi hollow yang mengitari semua ruangan masjid dari empat penjuru.

Motif bintang sembilan yang menghiasi semua pintu dan jendela krawangan kayu jati memiliki makna sembilan wali yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa atau cahaya ulama yang merepresentasikan akhlaq yang telah diajarkan para ulama sebagai dasar pijakan umat. Bintang yang berjumlah sembilan juga melambangkan para penyebar Islam pertama di dunia dan para penerusnya yaitu Rasulullah Muhammad SAW, Abubakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i, dan Imam Hambali.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *