Masjid Raya Baiturrahman Sebuah Miniatur Kemegahan Masjid Nabawi

Masjid Raya Baiturrahman Sebuah Miniatur Kemegahan Masjid Nabawi

Masjid Raya Baiturrahman merupakan simbol agama, budaya, semangat, kekuatan, perjuangan dan nasionalisme rakyat Aceh. Masjid Raya Baiturrahman berlokasi di pusat kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, Indonesia. Masjid yang menjadi saksi sejarah terjadinya dua bencana kemanusiaan yang dahsyat, pertama ketika bencana letusan Gunung Krakatau pertama yang meggetarkan Nusantara dan getarannya bisa dirasakan di beberapa negara di belahan dunia. Dan yang kedua adalah bencana Tsunami yang dahsyat juga yang mengakibatkan ribuan korban meninggal dunia.

Alamat Masjid Raya Baiturrahman

sumber : https://www.google.com/maps

Jl. Moh. Jam No.1, Kp. Baru, Kec. Baiturrahman, Kota Banda Aceh, Aceh

Sejarah Masjid Raya Baiturrahman

Di Masa Penjajahan Belanda

sumber : https://id.wikipedia.org/

Ada dua versi tentang berdirinya Masjid Raya Baiturrahman, pertama Masjid Raya Baiturrahman merupakan masjid tua yang dibangun oleh Sultan Alaidin Mahmudsyah pada tahun 1292 Masehi. Versi kedua bahwa Masjid Raya Baiturrahman dibangun oleh Sultan Iskandar Muda pada tahun 1612. Masjid khas arsitektur Kesultanan Aceh memiliki atap jerami yang berlapis-lapis. Masjid Kesultanan Aceh dahulu menjadi benteng bagi masyarakat Aceh ketika melakukan pertempuran dengan Kolonial Hindia Belanda pada 10 April 1873. Pada pertempuran tersebut sampai menewaskan seorang Jendral Hindia Belanda yaitu Jendral Kohler sehingga belanda pergi meninggalkan Aceh menuju Batavia.

Pada invasi kedua, kolonial Hindia Belanda melakukan pertempuran hingga terbakarnya Masjid Raya yang memicu kemarahan masyarakat Aceh. Untuk meredam kemarahan masyarakat Aceh, Belanda berjanji membangun kembali Masjid Raya tersebut. Kemudian pada tahun 1879 Hindia Belanda membangun kembali Masjid Raya untuk meredam kemarahan masyarakat Aceh. Tengku Malikul Adil yang telah meletakkan batu pertama pembangunan Masjid Raya Baiturrahman yang disaksikan oleh Gubernur Militer Hindia Belanda di Aceh saat itu, G. J. van der Heijden. Arsitek Belanda keturunan Italia, De Brun yang telah merancang Masjid Raya Baiturrahman.

Material bangunan masjid sebagian didatangkan Malaysia, batu marmer dari Belanda, batu pualam dari Cina, besi dari Belgia, kayu dari Myanmar dan tiang-tiang masjid dari Surabaya. Pembangunan awal masjid dengan satu kubah. Pada masa pemerintahan Sultan terakhir Aceh, Muhammad Daud Syah, di tahun 1881 Masjid Raya diselesaikan. Namun, masyarakat Aceh enggan untuk beribadah sholat di masjid yang telah dibangun Hindia Belanda tersebut. Seiring waktu berjalan Masjid tersebut menjelma menjadi Masjid Raya Baiturrahman yang menjadi masjid kebanggaan masyarakat Aceh hingga kini.

Bertambahnya masyarakat Aceh dari tahun ketahun, maka Masjid Raya Baiturrahman diperluas dengan menambahkan dua kubah sehingga kubah masjid berjumlah tiga.

Di Masa Kemerdekaan

sumber : https://kabar24.bisnis.com/

Pada pemerintahan presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, pada tahun 1957 Masjid Raya Baiturrahman diperluas kembali dengan menambahkan dua buah kubah baru. Kemudian di bangun juga dua menara masjid dengan tiang yang berjumlah seluruhnya 280 tiang. Perluasan Masjid Raya Baiturrahman membuat bangunan disekitar masjid tergusur, seperti bangunan toko-toko di pasar Aceh. Perluasan masjid dilakukan dengan peletakan batu pertama pembangunan oleh menteri agama KH Muhammad Ilyas, bersama gubernur Aceh Ali Hasymi. Perluasan pembangunan ini dilakukan selama empat tahun.

Pada tahun 1980-1982 dilakukan renovasi masjid dalam rangka persiapan Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) Nasional. Ada penambahan ornamen-ornaman pada interior masjid. kemudian penambahan plaza di bagian depan masjid. Tidak berhenti disitu saja, pada tahun 1992-1995, masjid kembali di renovasi dan diperluas dengan menambahkan dua kubah lagi sehingga memiliki tujuh buah kubah dan lima menara. Setelah di renovasi, masjid itu memiliki kapasitas 10.000 hingga 13.000 jemaah. Halaman masjid juga diperluas hingga menjadi 3,3 hektar.

Gempa dan Tsunami di bulan Desember 2004, masjid secara struktural tidak mengalami kerusakan berarti. Paska tsunami Masjid Raya Baiturrahman diperbaiki dari dana sumbangan masyarakat. Perbaikan besar-besaran dilakukan lewat sumbangan Saudi Charity Campaign yang juga membuat fasilitas umum seperti tempat wudhu di sisi utara, penataan lansekap di sekitar bangunan, kolam, dan kolam itu juga sebagai monumen. Semua perbaikan dan renovasi itu menghabiskan dana Rp. 20 milyar dan selesai pada 15 Januari 2008.

Arsitektur Masjid Raya Baiturrahman

Masjid Raya Baiturrahman

sumber : https://www.holamigo.id/

Masjid Raya Baiturrahman memiliki tiang dengan arsitektur unik yang merupakan tiang dari peninggalan Hindia Belanda sebagai penopang kubah pertama Masjid Raya Baiturrahman. Arsitektur unik ini berasal dari gabungan berbagai unsur dan model terbaik dari berbagai negeri. Arsitektur unik lainnya pada masjid ini adalah tiga pintu bukaan serta jendela yang bisa berfungsi sebagai pintu masuk memiliki gaya arsitektur Mooris (Maroko). Arsitektur Mooris ini umum dijumpai di masjid-masjid Afrika Utara dan Spanyol.

Arsitektur unik lainnya bisa dilihat pada bagian tengah ruang shalat yang berbentuk bujur sangkar, dengan atap kubah utama yang bercorak bawang. Arsitektur ini diadopsi dari masjid-masjid kuno di India. Ornamen pada pintu dan jendela yang berupa ukiran menambah kekokohan dan keindahan bangunan masjid.

Fasilitas Masjid Raya Baiturrahman

sumber : https://aceh.tribunnews.com/

Lembaga Pendidikan Formal

Selain sebagai pusat tempat ibadah masyarakat Aceh, Masjid Raya Baiturrahman juga mendidik masyarakat dengan mengadakan fasilitas pendidikan formal dari jenjang madrasah Tsanawiyah Darusysyari’ah dan Madrasah Aliyah Darusysyari’ah yang diasuh oleh 28 guru negeri dan swasta.

Selain itu ada juga Perguruan Tinggi Dayah Manyang, untuk kuliah pagi hari dengan pesertanya terdiri dari orang tua khususnya kaum laki-laki. Pengasuh perguruan Tinggi ini adalah para ulama pasantren modern dan alumni madinah. Kuliah dilaksanakan pada setiap hari Rabu dan Jum’at dari pukul 08.00-11.30 Wib di ruang aula belakang Masjid Raya Baiturrahman.

Lembaga Finansilal

Lembaga Finansilal Baitul Qiradh Baiturrahman Banda Aceh yang dikeloladengan baik bertujuan untuk membantu masyarakat ekonomi lemah. Saat ini Baitul Qiradh Baiturrahman Banda Aceh memiliki aset 4 milyiar rupiah dengan memiliki 3 cabang.

Radio Baiturrahman

Radio Baiturrahman menjadi corong kegiatan Masjid Raya Baiturrahman yang merupakan sarana dakwah. Kegiatan-kegiatan masjid yang disiarkan terdiri pelaksanaan shalat lima waktu, menyiarkan Halaqah Maghrib dan Kuliah Shubuh. Ada juga ceramah, dialog, dan diskusi juga menghibur masyarakat dengan nuansa lagu-lagu islami disamping menyiarkan siaran Nasional.

Tabloid Gema Baiturrahman

Tabloid Gema Baiturrahman dikeluarkan setiap hari Jum’at dengan menyajikan khutbah Jum’at dan tulisan yang bernuansa Islami. Media tersebut disebarkan kepada jama’ah sebelum shalat jum’at di Masjid Raya Baiturrahman bahkan sebagian juga disampaikan ke sejumlah masjid yang berada di kota Banda Aceh, dan Masjid-masjid Aceh lainnya.

Renovasi Di Masa Kepemimpinan Gubernur Zaini Abdullah

sumber : https://aceh.tribunnews.com/

Dana triliunan untuk renovasi Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh dengan jumlah anggaran mencapai Rp1,4 triliun. Memperluas halaman masjid depan samping kiri kanan masjid dan pemasangan 12 unit payung raksasa. Pemasangan payung raksasa ini fungsi utamanya adalah menahan arir hujan dan terik matahari.

Renovasi juga meliputi pembangunan lantai bawah tanah untuk lapangan parkir dengan kapasitas 254 mobil dan 343 sepeda motor. Pada basement juga ada fasilitas tempat wudhu, serta toilet pria dan wanita yang semua bahannya terbuat dari batu marmer dari Italia atau Spanyol, seperti pada Masjid Nabawi di Madinah dan Masjidil Haram di Mekkah.

Pada pinggiran halaman atas akan ditanami 33 pohon kurma dan di tengah halaman ditanami rumput hijau dan berbagai jenis bunga warna warni, dengan fungsi untuk memberikan kesejukan dan keindahan. Masjid telah memiliki 308 titik tempat wudhu, terdiri untuk pria 163 dan perempuan 145. Sehingga proyek perluasan ini diprediksi mampu menampung lebih dari 15.000 jamaah.

Proyek renovasi pada Masjid Raya Baiturrahman dimulai sejak Juli 2015 dan ditargetkan pada Juli 2017 sudah selesai. Terbukti bahwa proyek renovasi ini membuat Masjid Raya Baiturrahman tampak semakin megah bak Masjid Nabawi di Madinah keran kemiripan payung raksasa yang berada di pelataran masjid.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *