Keaslian Masjid Raya Medan yang Tetap Terjaga

Keaslian Masjid Raya Medan yang Tetap Terjaga

Masjid Raya Medan yang berlokasi di Jl. Sisingamangaraja Kota Medan ini lebih dikenal dengan sebutan Masjid Raya Al-Mashun. Masjid yang di bangun pada tahun 1906 sampai 1909 ini pernah menjadi Masjid Kesultanan Deli. Masjid tertua ketiga di Kota Medan ini berlokasi 200 meter dari Istana Maimun Kesultanan Deli.

Masjid Raya Medan

sumber : https://en.wikipedia.org/

Banyak orang lebih memilih sebutan Masjid Raya Al Mashun karena Al Mashun sendiri memiliki arti ‘Dipelihara’. Sesuai dengan namanya, hingga hari ini Masjid Raya Medan masih terpelihara dan terawat dengan baik hingga saat ini. Luar biasanya, pembangunan masjid yang menghabiskan dana 1 juta gulden Belanda semuanya ditanggung oleh Sultan Ma’mun Al-Rasyid Perkasa Alamsjah.

Lokasi Masjid Raya Medan

sumber : https://www.google.com/maps

Sesuai dengan maps alamat Masjid Raya Medan berada di Jl. Sisingamangaraja, Sitirejo III, Kec. Medan Amplas, Kota Medan, Sumatera Utara 20217. Masjid yang tidak jauh dari Istana Maimun ini berada di pusat Kota Medan.

Sejarah Kesultanan Deli

sumber : https://historia.id/

Kesultanan Deli berdiri pada tahun 1630 oleh Muhammad Dalik. Kesultanan Deli merupakan Kesultanan dibawah Kesultanan Aceh. Muhammad Dalik sendiri adalah seorang laksamana di Kesultanan Aceh yang sangat populer bernama Gocah Pahlawan bergelar Laksamana Khuja Bintan atau Laksamana Kuda Bintan. Muhammad Dalik adalah keturunan Putri Chandra Dewi, putri Sultan Samudra Pasai yang dinikahi oleh Amir Muhammad Badar ud-din Khan, seorang bangsawan dari Delhi, India.

Pada tahun 1653 Muhammad Dalik digantikan putranya Tuanku Panglima Perunggit sebagai Sultan Deli 2 karena Muhammad Dalik meninggal dunia. Pada tahun 1669 Kesultanan Deli memisahkan diri dari Kesultanan Aceh. Pernah terjadi perebutan tahta setelah meninggalnya Sultan Deli ke 3 yaitu Tuanku Panglima Padrab Muhammad Fadli sehingga melahirkan awal berdirinya Kesultanan Serdang.

Sejarah Pembangunan Masjid Raya Medan

sumber : http://profil-cerita-santri.blogspot.com/

Tuanku Panglima Pasutand di tahun 1728 memindahkan pusat kesultanan dari Padang Datar ke Kampung Alai / Labuhan Deli. Sejak Sultan Deli ke 4 sampai Sultan Deli ke 9, tercatat ada enam Sultan Deli yang memerintah di Kesultanan Deli di Labuhan Deli. Masjid Al Osmani adalah masjid tertua yang pernah menjadi masjid resmi Kesultanan Deli ketika Osman Perkasa Alam (Sultan ke 8) berkuasa. Kekokohan Masjid Al Osmani hingga saat ini menjadi saksi sejarah Kejayaan Kesultanan Deli.

Karena Kesultanan Deli di Labuhan Deli dikuasai oleh Penjajah Belanda, maka ketika Sultan Ma’mun Al Rasyid Perkasa Alam (Sultan Deli ke 9) bertahta, beliau mengembalikan ibukota kesultanan ke daerah Padang Datar / pusat kota Medan sekarang ini. Perkembangan pesat Kesultanan Deli setelah kembalinya pusat Kesultanan Deli di Padang Datar dan setelah memisahkan diri dari Kesultanan Aceh dan Kesultanan Siak Sri Indrapura pada tahun 1861. Kemudian Sultan Ma’mum Al Rasyid Perkasa Alam membangun sebuah Istana Maimun pada 26 Agustus 1888 dan pembangunan selesai 18 Mei 1891.

Setelah pembangunan Istana Maimun selesai pada tanggal 21 Agustus 1906 tepatnya pada 1 Rajab 1324 H, Sultan Ma’mum Al Rasyid Perkasa Alam memulai pembangunan Masjid Raya Medan. Pembangunan Masjid Raya Medan selesai pada tanggal 10 September 1909 (25 Sya‘ban 1329 H) dirayakan dengan pelaksanaan Sholat Jumat pertama di Masjid Kesultanan Deli ini. Kemegahan Masjid Raya Medan melebihi kemegahan Istana Maimun menghabiskan dana sebesar satu juta Gulden Belanda yang di danai sendiri oleh Sultan Ma’mum Al Rasyid Perkasa Alam. Kemegahan Masjid Raya Medan sengaja dilakukan karena Sultan Ma’mum Al Rasyid Perkasa Alam berprinsip hal tersebut lebih utama.

Masjid yang memiliki unsur arsitektur Eropa ini karena desain masjid dilakukan oleh Arsitek Belanda JA Tingdeman. Proses pembangunan Masjid Raya Medan awalnya dikerjakan oleh Van Erp, karena si Arsitek Belanda dipanggil pemerintah Hindia-Belanda untuk proses restorasi Candi Borobudur di Jawa Tengah, maka proses pembangunan Masjid Raya Medan dilakukan oleh JA Tingdeman. Bahan bangunan masjid ini sebagiannnya di impor, seperti marmer dekorasi diimpor dari Italia dan Jerman. Kaca patri juga diimpor dari Cina dan lampu gantung diimpor dari Prancis. Masjid Raya Medan memiliki arsitektur Eropa yang kuat sehingga ornamen masjid paling banyak adalah ukiran bunga daripada kaligrafi arab.

Arsitektur Masjid Raya Medan

sumber : https://www.idntimes.com/

Sang Arsitek JA Tingdeman mendesain Masjid Raya Medan dengan perpaduan arsitektur Maroko, Eropa, Melayu dan Timur Tengah. Konsep denah simetris segi delapan diterapkan pada desain Masjid Raya Medan karena konsep tersebut menghasilkan sebuah ruangan masjid yang unik yang jarang ada di bangunan masjid pada umunnya. Keberadaan beranda dengan atap yang tinggi disetiap penjuru masjid diberi kubah hitam sebagai kubah tambahan selain kubah utama di atas banguanan ruang utama sholat. Pintu utama masjid berada disetiap beranda masjid dengan keberadaan tangga penghubung ke ruang utama sholat, kecuali beranda pada sisi mihrab.

Bagian-bagian Masjid Raya Medan terdiri dari tempat wudhu, gerbang masuk, menara, dan ruang utama sholat. Ruang utama sholat memiliki bentuk segi delapan tidak sama sisi, pada sisi yang lebih kecil, ada ‘beranda’ atau serambi kecil yang menempel dan menjorok keluar. Terdapat jendela-jendela disekeliling pintu yang terbuat dari kayu dengan kaca patri yang bernilai tinggi peninggalan art nouveau pada tahun 1890-1914, dengan perpaduan kesenian Islam. Bangunan masjid dipenuhi dengan ornamen yang menghiasinya pada dinding, plafon, tiang-tiang, lengkungan dan lain-lainnya.

Pada ruang utama sholat ada 4 gang pada sisinya dengan deretan jendela-jendela tak berdaun yang memiliki bentuk lengkungan-lengkungan yang berdiri di atas balok. Arsitektur ini seperti arsitektur bangunan kerajaan Islam di Spannyol pada abad pertengahan. Arsitektur Turki terdapat pada bentuk kubah patah-patah segi delapan Masjid Raya Medan. Kemudian kubah pendukung yang mengelilingi kubah utama juga termasuk arsitektur Turki. Kubah masjid sama persis dengan kubah Mesjid Raya Banda Aceh. Pada interior utama masjid terdapat delapan tiang yang memiliki diameter 0,60 meter berfungsi menopang kubah utama masjid. Bagian didalam ruang utama sholat ada mihrab yang dibuat dari marmer dan mihrab memiliki atap kubah runcing. Bagian masjid selanjutnya ada gerbang masjid yang berbentuk bujur sangkar dengan atap datar, dan menara Masjid Raya Medan merupakan perpaduan arsitektur Mesir, Iran dan Arab.

Pengelola Masjid Raya Medan

sumber : https://indonesia.tripcanvas.co/

Karena Masjid Raya Medan adalah peninggalan Kesultanan Deli, maka dlam pengelolaannya sesuai dengan tradisi yaitu dikelola oleh keturunan keluarga Sultan. Namun, sejak kemerdekaan Indonesia, pemerintah kota Medan ikut andil dalam pengelolaan dan perawatan Masjid Raya Medan. Perawatan masjid ini cukup baik karena keaslian bahan bangunan yang dipakai masjid masih terawat keasliannya dengan baik.

Salah satu upaya menjaga kelestarian Masjid Raya Medan di pintu gerbang sebelum masuk kompleks masjid ada 7 peringatan kepada para pengunjung.

7 poin larangan :

1.Dilarang masuk segala jenis kendaraan
2.Dilarang memakai alas kaki
3.Dilarang berjualan di dalam kompleks
4.Dilarang bermain segala jenis olahraga
5.Dilarang meludah di atas lantai
6.Dilarang membuang sampah sembarangan
7.Dilarang merokok

Larangan tersebut tidak hanya sekedar himbauan, tetapi larangan tersebut ada ancamannya bagi yang melanggar, yaitu dituntut melanggar pasal 406 ayat 1 KUHP, dengan ancaman 2 tahun dan 8 bulan penjara.

Kegiatan Masjid Raya Medan

Kegiatan semua masjid paling semarak adlah ketika di bulan Ramadhan, begitu juga Masjid Raya Medan. Bulan Ramadhan di siang hari ada kegiatan muzakarah, diskusi tentang hukum Islam, ceramah Ramadhan, dan berbagai kajian keIslaman. Ketika malam hari di Ramadhan, masjid disemarakkan dengan sholat tarawih, tadarus Al Quran hingga dini hari. Untuk buka puasa setiap harinya dilakukan di kompleks masjid, pengurus masjid menyediakan sekitar 300 hingga 500 porsi bagi anak yatim, gelandangan, dan musafir. Menu khas buka di Masjid Raya Medan adalah bubur pedas khas masjid Raya Al Mashun.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *