Sejarah Masjid Nabawi Dan Bagian Penting Didalamnya

Sejarah Masjid Nabawi Dan Bagian Penting Didalamnya

Masjid Nabawi di Madinah Arab Saudi merupakan masjid kedua yang di bangun oleh Nabi Muhammad SAW di Madinah setelah Masjid Quba. Masjid Nabawi juga menjadi masjid ketiga tertua di dunia. Selain menjadi salah satu masjid tertua di dunia, Masjid Nabawi juga menjadi salah satu masjid terbesar di dunia.

Masjid Nabawi awalnya di bangun bersebelahan dengan rumah Nabi Muhammad SAW di Madinah. Seiring perkembangan waktu dakwah Islam menyebar ke seluruh penjuru dunia dan Masjid Nabawi menjadi salah satu tujuan jamaah haji dan umroh yang semakin banyak, maka bangunan Masjid Nabawi diperluas sehingga dulunya bekas rumah Nabi Muhammad SAW sekarang menjadi bagian dari Masjid Nabawi.

Awalnya masjid yang di bangun oleh Nabi Muhammad SAW ini hanya memiliki ukuran sekitar 50 x 50 meter. Namun, perjalanan waktu merubah ukuran masjid ini menjadi sangat besar dan luas. Ukuran luas Masjid Nabawi saat ini lebih dari 100.000 mater persegi. Batas kota Madinah disebutkan oleh Rasulullah SAW adalah makanm baqi yang berada di pinggir kota Madinah. Namun, hari ini makam baqi semakin dekat dengan Masjid Nabawi, artinya masjid ini semakin luas.

Sejarah Perluasan Masjid Nabawi

masjid nabawi

sumber : https://properti.kompas.com/

Masjid Nabawi merupakan masjid suci kedua setelah Masjidil Haram di Mekkah. Selain Masjidil Haram yang mengalami perluasan, masjid nabi ini juga mengalami perluasan juga. Perluasan masjid ini dilakukan sejak dulu hingga tampaka banguan masjid yang megah saat ini. Untuk tahu lebih lengkapnya sejarah perluasan Masjid Nabi, di bawah ini akan kami uraikan dari zaman ke zaman tentang perluasan masjid ini.

Masa Umar Bin Khattab RA

Perluasan masjid nabawi pertama kali dilakukan di masa Umar bin Khattab RA menjadi khalifah. Di masa kalifah Umar bib Khattab Islam telah menyebar luas sehingga di saat musim haji daya tampung masjid nabi tidak muat, dan akhirnya dilakukan perluasan. Langkah pertama yang dilakukan oleh Umar adalah membebaskan tanah disekitar masjid nabi. Kemudian dilakukan perluasan banguan masjid di sisi utara, selatan, dan sisi barat masjid. Di sisi utara tidak dilakukan perluasan karena terdapat makam istri-istri Nabi Muhammad SAW.

Di masa khalifah Umar tidak merubah arsitektur masjid, bentuk masjid sama seperti yang di bangun oleh Nabi Muhammad SAW. material yang digunakan adalah bata sebagai bahan dinding masjid, dan tiang masjid berasal dari pohon kurma, kemudian atap masjid berasal dari daun kurma dengan ketinggian 11 hasta. Masjid Nabawi dahulu memiliki enam pintu diantaranya dua di sisi timur, dua pintu di sisi utara dan dua lagi di sisi barat. Total perluasan yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab seluas 1100 meter persegi.

Masa Khalifah Ustman Bin Affan RA

sumber : https://suaraislam.id/

Tahun 29 H di masa khalifah Ustman bin Affan ra, masjid Nabi sudah tidak mencukupi dalam menampung jamaah yang berasal dari luar kota Madinah. Sehingga khalifah Ustman bin Affan ra sebelum memutuskan untuk diperluas masjid ini, diadakan musyawarah bersama shahabat Nabi lainnya dan akhirnya diputuskan masjid kembali diperluas. Perluasan dilakukan pada sisi selatan masjid / sisi kiblat masjid diperluas 10 hasta, selanjutnya sisi utara diperluas 20 hasta, dan sisi barat masjid diperluas 10 hasta. Di masa ini sisi utara dibiarkan seperti pada zaman khalifah Umar bin Khattab ra.

Di masa khalifah Ustman bin Affan ra, pintu masjid tetap berjumlah 6 dan di masa ini yang menjadi perhatian dalam renovasi kali ini adalah mengganti material bangunan menjadi material bangunan yang lebih baik. Sejak dilakukan perluasan ini hingga di masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik tahun 88 H baru terjadi perluasan kembali masjid Nabawi. Sebelumnya Walid bin Abdul Malik memerintahkan Umar bin Abdul Aziz saat itu sebagai gubernur Madinah untuk membebaskan dan membeli tanah yang ada disekitar masjid. Bahkan lokasi makam para istri-istri nabi juga menjadi rencana untuk perluasan masjid.

Dan makam Nabi Muhammad SAW dimasukkan ke dalam lokasi Masjid Nabawi. Jadi perluasan di masa Walid bin Abdul Malik ada perluasan di sisi timur, utara, dan barat masjid. Sehingga perluasan di masa ini seluas 2369 meter persegi. Di masa ini juga pertama kali di bangun menara masjid dengan jumlah emapat menara yang berada disetiap pojok masjid. Kemudian arsitektur masjid ini mulai berkembang dengan dibangunnya mihrab berbentuk cekung.

Masa Khalifah Al-Mahdi

Ide untuk memperluas masjid nabi ini muncul ketika sang Khalifah Al-Mahdi melakukan ibadah haji dan melihat kondisi masjid nabawi waktu itu sudah tidak mencukupi untuk menampung jamaah. Maka Khalifah Al-Mahdi memerintahkan gubernur Madinah Ja’far bin Sulaiman untuk dilakukan perluasan masjid nabi. Perluasan di masa ini membutuhkan waktu yang lama selama 5 tahun. Karena dalam masa ini masjid dipercantik dengan berbagai macam ornamen masjid yang indah. Penambahan lahan di masa Khalifah Al-Mahdi mencapai 245 meter persegi.

Musibah pernah terjadi pada tahun 654 H, Masjid Nabawi menagalami kebakaran sehingga banyak bangunan yang hancur dan rusak. Kemudian para penguasa Islam saat itu bergotong royong memperbaiki masjid nabi dari akibat kebakaran. Di masa itu yang memiliki jasa besar dalam perbaikan masjid nabi adalah Mu’tashim billah. Dari beliau bantuan berupa dana, bahan bangunan, dan para ahli bangunan untuk memperbaiki Masjid Nabawi. Kemudian perbaikan masjid nabi ini dimulai pada tahun 655 H.

Musibah kebakaran kembali dialami Masjid Nabawi pada tahun 886 H. Pada kebbakaran kedua ini yang banyak mengalami kerusakan adalah bagian atap masjid. Peristiwa ini sampai terdengar oleh pejabat Mesir kala itu, yaitu Sultan Qaytbay, yang menjabati sebagai hakim di Mesir. Kemudian sang hakim dari mesir tadi mengirimkan bantuan berupa dana, tenaga kerja, arsitek, dan material bangunan selanjutnya perbaikan dimulai dan bisa dirampungkan pada tahun 888 H.

Pada renovasi ini dibangunlah mihrab dalam masjid Nabawi. Dan di masa dinasti Utsmaniyah atap masjid dibangun berupa kubah. Begitu juga kubah hijau yang berada di atas makam Nabi Muhammad SAW juga di bangun pada masa pemerintahan Utsmaniyah. Sejak dinasti Utsmaniyah masjid nabi sering mengalami perbaikan perbaikan, mulai dari menara masjid, pintu-pintu masjid, dinding masjid, dan dipasang ornamen bulan sabit di atas kubaha masjid dan menara masjid sehingga bangunan masjid nabawi menjadi sebuah bangunan yang indah dan megah.

Masa Sultan Abdul Majid II

Pada masa Sultan Abdul Majid II masjid nabi kembali mengalami perbaikan. Beliau mengirimkan dana, arsitek, bahan bangunan dan semua kebutuhan untuk perbaikan masjid secara total. Perbaikan total Masjid Nabawi ini berlangsung selama 13 tahun. Bahan bangunan batu merah di ambil dari jabal haram atau gunung Haram. Bebatuan ini digunakan untuk membanguan tiang-tiang masjid. Untuk pembangunan dinding menggunakan material batu hitam. Dalam renovasi masjid kali ini merubah Masjid Nabawi menjadi bangunan yang megah dan indah pada masa itu.

Kemegahan masjid nabi terletak pada bangunan kubah sebagai atapnya, kemudian pada dinding kubah ada ornamen kaligrafi khat al-Qur`an gaya khat tsulust. Pada huruf kaligrafi tersebut di cat dengan warna emas sehingga menciptakan arsitektur Islam yang sangat indah. Perluasan pada masa ini, Sultan Abdul Majid menambahkan taman pendidikan al-Qur`an dan gudang di sisi utara masjid.

Masa Raja Abdul Aziz Alu Saud

Di masa Raja Abdul Aziz Alu Saud, masjid nabi beberapa kali dilakukan renovasi. Pertama renovasi dilakukan pada tahun 1365 H karena bagian sisi utara masjid mengalami keretakan, selain itu keretakan juga dialami beberapa tiang masjid. Perluasan masjidpun juga dilakukan di masa Raja Abdul Aziz Alu Saud pada tahun 1370 H. Perluasan masjid nabi pada peletakan batu pertama dihadiri oleh perwakilan dari negara-negara Islam.

Perluasan kali ini difokuskan di sisi timur laut dan sebelah barata masjid. Proses perluasan masjid ini berlangsung lama hingga pada tahun 1375 H. Bangunan Masjid Nabawi semakin kokoh dan memukau. Di masa Raja Abdul Aziz Alu Saud, masjid diperluas hingga bertambah 6033 meter persegi. Struktur bangunan dengan beton bertulang sehingga bangunan ini kokoh. Pilar-pilar kubah dibuat melengkung bundar seperti mahkota perunggu. Lantai Masjid Nabawi diganti dengan marmer, kemudian pintu masjid yang awalnya berjumlah 6 pintu saat ini bertambah menjadi 10 buah pintu.

Masa Raja Faishal

Di musim haji masa Raja Faishal, kapasitas masjid sudah tidak mampu menampung jamaah haji. Sehingga Raja Faishal menerbitkan SK untuk perluasan Masjid Nabawi. Perluasan masjid kali ini dipusatkan di sisi barat masjid saja. Dengan menambahkan lahan seluas 35 ribu meter persegi. Pada perluasan ini ditambahkan payung sebagai atap sehingga jamaah haji bisa tertampung semua dengan perluasan kali ini.

Masa Raja Khalid

Di masa Raja Khalid terjadi peristiwa kebakaran di pasar Qummasyah, tepatnya pada tahun 1397 H. Kebakaran pasar ini tepat berada di sisi barat daya Masjid Nabi. Akhirnya para pemilik lahan dan bangunan pasar dengan rela melepaskannya lahannya setelah pasca kebakaran untuk dijadikan tempat perluasan masjid nabi dengan menerima kompensasi dari pemerintah Arab saudi. Sebagian lahan bekas pasar ini dimanfaatkan sebagai tempat parkir kendaraan.

Masa Khadimul Haramain Raja Fahd bin Abdul Aziz

Di masa Khadimul Haramain Syarifain Raja Fahd bin Abdul Aziz menginstruksikan untuk perluasan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Pasca perluasan masjid Nabawi, sehingga masjid ini memiliki daya tampung lebih dari 257.000 jamaah shalat, sementara total luasnya menjadi 165.500 m2. Dalam perluasan masa Khadimul Haramain Raja Fahd bin Abdul Aziz juga dibangun basement yang berfungsi sebagai tempat peralatan seperti AC, refrigerator, dan peralatan lainnya.

Pada masa ini dibangun 12 payung raksasa untuk menaungi lantai seluas 306 meter persegi. Payung-payung raksasa dapat membuka dan menutup dengan otomatis agar jamah shalat terlindungi dari terik matahari dan hujan. Sehingga jamaah menjadi nyaman.

Masa Khadimul Haramain Raja Abdullah bin Abdul Aziz Alu Saud

sumber : https://umroh.com/

Di masa Khadimul Haramain Raja Abdullah bin Abdul Aziz Alu Saud pemasangan payung raksasa mencapai 250 buah payung raksasa untuk memayungi halaman seluas 143.000 meter persegi. Payung-payung raksasa ini memiliki ketinggian yang berbeda yaitu 14,40 meter, dan tinggi satunya 15,30 meter. Namun ketika payung raksasa ini ditutup, maka semua mempunyai ketinggian yang sama 21,70 meter. Sehingga jamaah shalat terlindungi dari terik matahari dan hujan.

Bagian Dalam Masjid Nabawi

sumber : https://www.madaninews.id/

Masjid Nabawi bangunan didalamnya banyak mengandung nilai sejarah masa lalu. Hingga Syekh Dehlawi menggambarkan bagian-bagian dalam masjid nabi ini dengan memberikan tanda nomor. Tempat dan bangunan apa saja yang memiliki nilai sejarah penting di dalam masjid ini. Mari kita cek selengkapnya di bawah ini.

Tiang Duta Utusan

Dinamakan tiang duta utusan karena ditempat itu Nabi Muhammad SAW dahulu biasa menemui para utusan. Dan di dalam pertemuan di tempat itu, Nabi SAW duduk bersama para sahabat terkemuka.

Tiang Pengawal

Tiang ini merupakan pintu masuk Nabi Muhammad SAW ke dalam Masjid Nabawi dan disana para pengawal nabi berdiri.

Tiang Tempat Tidur

Abdullah bin Umar RA bercerita, ‘Nabi SAW menggunakan tempat ini sebagai tempat tidur selama i’tikaf di Masjid’.

Tiang Abu Lubabah

Pada tiang ini, Abu Lubabah mengikatkan dirinya atas kesalahannya selama tujuh hari hingga Allah SWT menerima taubatnya. Karena membocorkan rahasia Nabi SAW kepada yahudi bani Quraizhah.

Tiang Aisyah

Aisyah RA meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, ”Ada tempat yang sangat penting dalam Masjid nabawi. Jika seseorang mengetahuinya, mereka akan mengadakan undian untuk mendapatkan kesempatan agar bisa shalat disana.” Kemudian para sahabat berusaha mencari keterangan tersebut, namun Aisyah RA enggan menceritakannya. Dan ketika itu ada Abdullah bin Zubair RA, keponakannya. Sahabat yakin, Aisyah menceritakan tempat itu pada Abdullah bin Zubair. Dan tiang ini dulunya Nabi SAW mengimami shalat sampai ada perubahan kiblat dari Masjid al Aqsha ke Masjid al Haram. Dan mihrab ini bernama Mihrab Nabawi asy-Syarif.

Tiang Mukhallaqah

Jabir RA meriwayatkan sebagaimana ditulis dalam Shahih Bukhari, ”Nabi SAW bersandar pada sebatang pohon kurma (yang awalnya terletak pada tiang ini) saat melaksanakan khutbah Jumat. Hingga kemudian kaum Anshar mengusulkan untuk membuat sebuah mimbar untuk Nabi SAW berkhutbah. Setelah mimbar tersebut dibuat, sejumlah sahabat mendengar pohon kurma tersebut menangis, hingga Rasul mendekatinya kemudian memeluknya.”

Mihrab Nabawi

Khalifah Umar bin Abdul Aziz pada tahun 91 H pertama kali melakukan shalat di tempat ini dalam sebuah bentuk mihrab.

Mihrab Utsmani

Mihrab Utsmani ini dulunya tempat Khalifah Usman RA mengimami shalat, dan sekarang, imam Masjid nabawi juga mengimami shalat di tempat ini.

Mihrab Hanafi

Mihrab Hanafi dulunya tempat imam Hanafi pernah mengimami sholat di dalam masjid Nabawi, yang pada saat itu keempat imam mazhab memiliki mihrab yang berbeda beda ketika mengimami sholat di masjid ini.

Mihrab Tahajud

Mihrab ini adalah tempat Nabi Muhammad SAW biasa melakukan shalat tahajud, sehingga dinamakan mihrab tahajud.

Mimbar

Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Nabi bersabda, ”Antara rumahku dan mimbarku adalah salah satu taman dari taman-taman surga, dan mimbarku akan berada di telaga Kautsar pada hari Kiamat.” Mimbar yang ada di masjid nabi sekarang adalah mimbar dari Sultan Murad 3 dari Dinasti Usmani tahun 998 H.

Tempat Muazin

Tempat Muazin berada di sebelah Utara Mimbar Nabawi. Tempat Muazin ini juga berfungsi sebagai penguat suara takbir imam pada shalat lima waktu.

Panggung Sekitar Tempat Tahajud

Panggung ini tempat petugas keamanan yang dibangun oleh Sultan Nuruddin Zanki.

Tempat Ahlu Suffah

Suffah artinya tempat beteduh. Dahulu para sahabat nabi tinggal disini karena tidak memiliki rumah, dan ingin menimba ilmu dari Nabi SAW.

Bab Baqi

Pintu yang berhadapan dengan Bab Salam.

Bab Jibril

Pintu yang berada di bagian Timur, dan dinamai dengan Bab Nabi, karena Nabi sering masuk lewat pintu ini.

Bab Nisa’

Pintu khusus untuk para wanita yang dibuka oleh Umar Ibn Khaththab RA tahun 12 H. ”Umar berkata, ”Alangkah baiknya kalau pintu ini dikhususkan untuk wanita.”

Bir Thallhah

Sumur dan taman yang mengelilingi dulunya milik Abu Talhah kemudian menginfakkannya karena mengharap rida Allah SWT.

Bab Salam

Pintu ini dibuka oleh Umar Ibn Khaththab RA pada tahun 12 H.

Rumah Abu Bakar RA

Rumah Abu Bakar dulunya terletak setelah tiang ke-5 sejajar dengan Bab Siddiq. Nabi SAW pernah bersabda, ”Semua pintu rumah-rumah yang terbuka langsung ke dalam Masjid harus ditutup kecuali pintu Abu Bakar.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *