Mengenal Sejarah Masjid Luar Batang Dari 3 Perspektif

Mengenal Sejarah Masjid Luar Batang Dari 3 Perspektif

Sejarah Masjid Luar Batang masyarakat sekitar meyakini yang mendirikan adalah seorang ulama dari Yaman yang bernama Al Habib Husein bin Abubakar Alaydrus. Beliau datang ke Sunda Kelapa pada waktu itu bertujuan untuk berdakwah menyebarkan agama Islam. Sesampai di kawasan dekat pelabuhan Sunda Kelapa ada sebuah surau dan makam disana. Kemudian sang Habib membangun surau tersebut menjadi sebuah Masjid yang diberi nama An Nur.

Sejarah Masjid Luar Batang

sumber : https://id.wikipedia.org/

Sejarah Masjid Luar Batang berawal di masjid ini sebagai tempat sang Habib mengajarkan ilmu agama Islam kepada masyarakat sekitar kawasan tersebut. Seiring berjalannya waktu, ketokohan Habib Husein dikenal luas karena perjuangan beliau dalam menyebarkan agama Islam dan melawan kezaliman penjajah Belanda.

Sejarah Kawasan

sumber : https://beritagar.id/

Situs pemerintah DKI Jakarta, sejarah Masjid Luar Batang di bangun pada tahun 1739 oleh Habib Husein atau Habib Luar Batang. Masjid ini awalnya hanya memiliki ukuran sekitar 6 x 6 meter, dan pada saat itu belum disebut masjid tetapi surau atau langgar. Sejarah Masjid Luar Batang, dulu konstruksi bangunan berasal dari bahan kayu dengan arsitektur tradisional khas Betawi. Tetapi, arsitektur Islam sudah dikenalkan dalam bangunan masjid ini yang berupa kubah bawang. Sejarah Masjid Luar Batang belum ada penelitian khusus yang mendalam dan menyeluruh, sehingga ada beberapa versi sejarah Masjid Luar Batang.

Pada prasasti dalam Masjid Luar Batang tertulis tahun wafatnya Al Habib Husein bin Abubakar Bin Abdillah al-Alaydrus yaitu pada hari kamis 27 Puasa 1169 berkebetulan 24 Juni 1756. Sedangkan menurut catatan L.W.C, Van Berg dalam bukunya yang termasyur tentang orang Hadhramaut, bahwa Habib Husein baru wafat 1798. Pada karangan Ronkel yang diterbitkan pada tahun 1916. Batav Courant edisi 12 Mei 1827 menyebutkan, Habib Husein meninggal dalam rumah komandan Abdul Raup dan dimakamkan di samping masjid.

Catatan diatas pintu masjid yang ditulis pada tahun 1916 menginformasikan bahwa sejarah Masjid Luar Batang selesai dibangun pada 20 Muharam 1152 H atau 29 April 1739 Masehi. Catatan informasi meninggalnya Habib Husein juga ada dalam Koran Bataviaasche Caurant, tanggal 12 Mei 1827, yang memuat suatu karangan tentang sejarah Masjid Luar Batang. Dicatat dalam tulisan ini, bahwa Habib Husein meninggal pada tahun 1796.

Dengan merangkumkan informasi sejarah Masjid Luar Batang maka dapat disimpulkan bahwa makam yang dianggap keramat di Luar Batang pada tahun 1736 dan Mushola atau masjid didirikan pada tahun 1739, dan Habib Husein tinggal diadaerah itu dan meninggal pada tahun sekitar 1796 atau 1798. Jadi makam keramat Habib Husein yang menarik banyak peziarah, sehingga Masjid Luar Batang menjadi Masjid terkenal di Batavia lama hingga saat ini.

Sejarah Arsitektur

sumber : https://happynorth.wordpress.com/

Sejarah Masjid luar Batang dalam arsitektur, berupa bangunan surau dengan ukurasn sekitar 6 x 6 meter yang kontruksinya dari bahan kayu. Namun, bangunan surau tersebut sudah memiliki perpaduan arsitektur Islam dengan tradisonal Betawi karena surau tersebut sudah beratapkan kubah bawang.

Saat ini Masjid Luar Batang memiliki arsitektur khas mesjid tua di pulau Jawa sebelum abad ke-20, yaitu tidak beratap kubah setengah lingkaran dan menara dengan puncak ornamen bulan-bintang. Hanya ada atap lancip atau sebuah cungkup seperti arsitektur bangunan Hindu Jawa. Masjid ini mempunyai denah dasar segi empat bujur sangkar yang ditopang dengan soko guru dari bahan beton, dan di sebelah utara terdapat ruang keputren.

Sejarah Peristiwa

sumber : https://koran.tempo.co/

Habib Husein yang meninggal pada usia sekitar 30 – 40 tahun ini adalah seorang waliyullah. Luar Batang adalah julukan Habib Husein setelah beliau meninggal karena ada peristiwa aneh yang terjadi saat pemakaman jenazah beliau. Di kawasan Luar Batang dulu para pendatang yang meninggal dilarang oleh penjajah Belanda untuk dimakamkan di kawasan itu. Jadi para pendatang jika meninggal harus dimakamkan di Tanah Abang.

Begitu juga ketika Habib Husein meninggal dunia, jasad beilau tidak boleh dimakamkan di kawasan Luar Batang. Akhirnya masyarakat mengikuti kemauan penjajah Belanda dengan memakamkan jasad Habib Husein ke Tanah Abang. Ketika sampai di pemakaman Tanah Abang dan jasad mau dikuburkan, ternyata jasadnya hilang dari keranda jenazah atau kurung batang, dan jasad Habib kembali lagi di rumahnya di kawasan Luar Batang. Hal ini dilakukan oleh masyarakat selama tiga kali, dan pada akhirnya masyarakat sepakat memakamkan jasad Habib Husein di rumahnya tanpa sepengetahuan Belanda. Setelah selesai dikubur, penjajah Belanda sudah tidak bisa melakukan apa apa lagi. Dan sejak saat itu Habib Husein dijuluki Habib Luar Batang sampai masjidnya juga diganti nama menjadi Masjid Luar Batang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *