4 Keistimewaan Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta

4 Keistimewaan Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta

Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta menjadi salah satu destinasi wisata religi di Kota Yogyakarta yang banyak dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara. Masjid bersejarah ini berlokasi di kawasan Keraton Yogyakarta di Jalan Kauman, Alun-Alun Keraton Yogyakarta Gondomanan, Yogyakarta. Masjid yang di bangun oleh pendiri Kesultanan Yogyakarta ini menjadi bagian penting dalam Kesultanan Yogyakarta. Karena dahulu, banyak keputusan penting dalam pemerintahan Kesultanan Yogyakarta dilakukan di dalam Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta.

Sehingga di masa kini Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta menjadi salah satu masjid tertua di Tanah Jawa yang memiliki beberapa keistimewaan sebagai pengetahuan bagi generasi sekarang dan akan datang agar bisa di ambil pelajaran yang baik dari perjalanan sejarah keberadaan Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta.

Usia Hampir 3 Abad

Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta

sumber : http://jalankemasjid.blogspot.com/

Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta di bangun selang 18 tahun setelah berdinya Keraton Yogyakarta atas prakarsa dari Sri Sultan Hamengkubuwono I dan Kyai Faqih Ibrahim Diponingrat. Pembangunan masjid dilakukan oleh Kyai Wiryokusumo, karena beliau adalah seorang ahli arsitektur bangunan. Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta di bangun pada tanggal 29 Mei 1773 M sehingga sekarang masjid ini memiliki usia hampir 3 abad. Perkembangan Islam yang subur saat itu membuat Masjid Gedhe Kauman selang dua tahun berdirinya tidak mampu menampung jumlah jamaah. Sehingga dilakukan perluasan dengan menambahkan serambi masjid. Fungsi lain dari serambi masjid adalah sebagai tempat pertemuan para ulama, pernikahan, dan juga tempat untuk pengadilan agama.

Masjid Kesultanan Yogyakarta

sumber : http://jalankemasjid.blogspot.com/

Masjid Agung yang sudah berusia ratusan tahun, dulu menjadi masjid dari bagian Kesultanan seperti Masjid Agung Demak, Masjid Agung Banten, dan lain-lainnya. Begitu juga Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta juga menjadi Masjid Kesultanan Yogyakarta. Pada Kesultanan Islam di Tanah Jawa, masjid menjadi sentral dari pemerintahan saat itu selain Keraton. Karena para pendiri Masjid Agung adalah para ulama, sehingga mereka mencontoh Nabi Muhammad Rosulullah alaihi wasallam menjadikan masjid sebagai pusat dari pemerintahan.

Arsitektur Jawa Kuno

sumber : http://jalankemasjid.blogspot.com/

Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta bangunannya tidak mengalami perubahan, artinya meskipun pernah direnovasi, arsitektur Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta tidak berubah menjadi gaya arsitekturl lainnya. Sehingga masjid ini tetap memiliki gaya arsitektur Jawa Kuno. Ciri-ciri arsitektur Jawa Kuno banyak terdapat pada bangunan masjid ini, diantaranya atap masjid berbentuk joglo yaitu bersusun tiga. Interior ruang utama masjid yang penuh dengan kayu yang berukir menggambarkan kebesaran dari Kesultanan Yogyakarta pada masa itu. Sedangkan serambi masjid memiliki atap yang berbentuk limas persegi panjang terbuka.

Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta memiliki dua pintu utama masjid yang berada di sisi timur dan sisi utara. Selanjutnya, di ruang utama masjid ada sebuah mimbar bertingkat tiga yang terbuat dari bahan kayu yang berfungsi untuk tempat imam sholat. Arsitektur mimbar ini unik, karena berbentuk seperti sangkar yang biasa disebut dengan Maksura. Terpisah dari bangunan masjid utama, ada bangunan pada bagian utara dan selatan halaman masjid yang disebut Pagongan. Bangunan ini berfungsi untuk menyimpan gamelan. Pagongan Ler tmpat menyimpan gamelan sekati Kangjeng Kyai (KK) Naga Wilaga dan Pagongan Kidul untuk tempat gamelan sekati KK Guntur Madu.

Belum lagi arsitektur pada ornamen-ornamen yang menghiasi masjid, semua memiliki filosofis yang dalam tentang ajaran Islam. Sehingga keaslian arsitektur Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta pantas menjadi cagar budaya agar perhatian dan pemeliharaan masjid ini tetap terjaga.

Tradisi Unik

sumber : https://www.viva.co.id/

Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta masih berfungsi sebagai tempat ibadah semenjak masjid ini didirikan. Kegiatan keislaman pada masjid ini rutin dilakukan seperti tablik akbar, kajian rutinan, belajar Al quran, dan lain-lainnya. Namun, ada yang unik di masjid ini, yaitu tradisi Grebeg Syawal dan Grebeg Sekaten yang sudah dilakukan di halaman masjid. Pada dua acara ini berlangsung, halaman masjid selalu dipenuhi dengan lautan manusia. Kedua acara ini merupakan sarana dakwah dengan pendekatan budaya yang dilakukan Masjid Gedhe Kauman sejak dulu.

Acara grebeg ini adalah wujud rasa syukur Sultan Kesultanan Yogyakarta atas hasil pertanian dan telah selesai menjalankan puasa Ramadhan. Dan di dalam acara Grebeg tersebut ada gunungan yang disekelilingnya terdapat banyak hasil pertanian yang nantinya diperebutkan oleh banyak orang sebagai sedekah. Karena diperebutkan banyak orang sehingga dinamakan Grebeg. Masyarakat meyakini hasil bumi tadi ada keberkahan karena sebelum diperebutkan dibacakan doa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *