7 Tradisi dan Budaya Demak

7 Tradisi dan Budaya Demak

Dalam sebuah daerah pasti memiliki tradisi dan budaya sendiri. Tradisi dan budaya suatu daerah kental dengan keyakinan dan agama masyarakat setempat. Seperti halnya di Demak ini, ada beberapa tradisi dan budaya yang banyak dipengaruhi oleh keyakinan dan agama masyarakat setempat. Demak sebelum datangnya Islam, budaya hindu sangat kuat yang dipercayai oleh masyarakat. Namun tradisi dan budaya Demak tersebut sudah berubah dengan sentuhan Islam berkat dakwah para Walisongo.

Tradisi dan budaya suatu daerah ternyata juga bisa menjadi sebuah obyek wisata yang pada momen tertentu banyak orang-orang berbondong-bondong ingin melihat tradisi dan budaya tersebut. Begitu juga di Demak, ada 7 tradisi dan budaya yang selalu mandatangkan banyak orang mengikuti dan melihatnya.

Perayaan Grebeg Besar

sumber : https://jurnalpantura.id/

Tradisi dan budaya Demak merupakan warisan Walisongo terutama Sunan Kalijaga sangat sabar dalam menyebarkan Islam di masa lalu. Peringatan Hari Raya Idul Adha dijadikan momen yang tepat dalam syiar Islam. Rangkaian dalam menyambut Hari Raya Qurban, Sunan Kalijaga membuat sarana dakwah berupa tradisi Grebek Besar yang diselenggarakan tiap tahun sekali. Tradisi dan budaya Demak ini bertujuan sebagai rasa syukur atas perjuangan para leluhur.

Grebeg Besar memiliki beberapa rangkaian acara, yang pertama adalah saling silahturahmi antara Bupati Demak dengan Kasepuhan Kadilangu. Selesai acara silahturahmi dilanjutkan berziarah ke makam para leluhur Sultan Bintoro di kompleks Masjid Agung Demak yang diikuti oleh Bupati beserta jajaran dalam pemerintahan Demak. Kemudian dilanjutkan berziarah ke makam Sunan Kalijaga yang berada di Desa Kadilangu.

Acara berikutnya dimulailah pembukaan Grebeg Besar di lapangan Tembiring Jogo Indah dan terjadilah keramaian seantero kota Demak dikawasan alun-alun, terminal wisata Tembring dan di Kadilangu. Menjelang malam Idul Adha ada acara Tumpeng Sembilan yang bermakna dari jumlah 9 Wali / Walisongo. Tumprng tersebut diserahkan oleh Bupati Demak kepada Takmir Masjid Agung Demak yang kemudian dibagikan kepada pengunjung.

Pada anggal 10 Dzulhijjah, ada pawai penjamasan Kotang Ontokusumo yang dilaksanakan setelah selesainya sholat Idul Adha. Iring-iringan dari Pendopo Kabupaten Demak menuju Kadilangu sejauh 2,5 km banyak menyedot pengunjung untuk melihatnya sebagai salah satu hiburan rakyat.

Tradisi Syawalan

sumber : https://images.solopos.com/

Pada acara tradisi dan budaya Demak Syawalan yang diadakan seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri dilakukun setiap tahunnya. Acara Syawalan ini terdiri dari beberapa kegiatan yang dilakukan.

Lomba perahu dayung
Wayang kulit
Rebana modern
Pasar malam tradisional
seni kuda lumping
Lomba perahu hias
Lomba menangkap itik
Lomba panjat pinang
Lomba memancing
Larung sesaji

Pada acara Syawalan selalu dihadiri oleh Bupati Demak beserta jajaran pemerintahannya. Acara ini sebagai simbol rasa syukur masyarakat nelayan di pantai Morodemak.

Tradisi Megengan

sumber : https://regional.kompas.com/

Tradisi dan budaya Demak dalam menyambut bulan Ramadhan disebut Megengan. Pada acara Megengan, ada sejumlah kegiatan yang dilaksanakan, seperti kesenian rakyat tari zappin khas pesisir, sendratari Haryo Penangsang Mbalelo, dan sendratari Suko-suko megengan. Megengan sendiri bermakna menahan, sebagaimana arti puasa yaitu menahan hawa nafsu. Dalam menonton kesenian pada kegiatan megengan pengunjung yang hadirjuga bisa menikmati Kuliner yang berjejer di sepanjang Simpang Enam hingga kawasan Pecinan Demak.

Tradisi Kliwonan

sumber : https://budayajawa.id/

Tradisi Kliwonan dilakukan setiap malama Jumat kliwon ke makam Sunankalijaga dan makam tokoh-tokoh Ulama Demak. Tujuan tradisi ini adlah mendoakan Kanjeng Sunankalijaga dan ngalap barokah. Acara dimulai sore hari, di makam Sunan Kalijaga Kadilangu, biasanya sudah penung dengan penduduk lokal, meskipun yang dari luar kota juga ada.

Tradisi Maleman

sumber : https://index.bhayangkaraperdana-news.com/

Tradisi maleman ini tradisi umum yang ada di Jawa yang dilakukan setiap malam ganjil tanggal 21, 23, 25, 27 dan 29 pada bulan Ramadhan, dimulai jam 23.00-01.00 WIB. Kegiatan yang dilakukan ketika maleman adalah sholat tasbih dan sholat lailatul qodar secara berjamaah di Masjid Agung Demak.

Tradisi weh wehan

sumber : http://egokil.blogspot.com/

Disaat menjelang Hari Raya Idul Fitri di bulan Ramadhan, ada tradisi dari masyarakat Demak yang selalu dilakukan setiap tahunnya, yaitu tradisi Weh wehan. Tradisi berbagi makanan kepada sesama orang lain yang dilakukan di Mushola atau Masjid. Setiap orang membawa minimal satu porsi nasi lengkap dengan lauknya dalam bentuk kotak atau marang dan dikumpulkan menjadi satu di Mushola atau Masjid. Setelah dilakukan doa, makanan tersebut kemudian dibagikan secara acak supaya bisa merasakan masakan dari orang lain atau tetangganya. Bisa juga tradisi Weh wehan , saling memberi nasi diantar langsung ke tetangga, sehingga kehidupan menjadi rukun untuk menghilangkan sikap individualis.

Tradisi Takbir Keliling

tradisi dan budaya demak

sumber : https://www.kompasiana.com/

Takbir keliling selain merayakan Hari Raya Idul fitri, juga sebagai syiar Islam. Takbir keliling di Demak sudah menjadi tradisi setiap tahunnya dengan berbagai macam arak-arakan, seperti miniatur masjid, tokoh masyarakat, hewan dan lain-lain.

Tradisi Takbir keliling di laksanakan pada malam 1 Syawal (malam Idul Fitri). Yang dimana pada malam tersebut semua umat muslim mengumandangkan takbir dan berseru tentang kebesaran Allah SWT, yang sesekali di selingi dengan suara letusan kembang api dan gemerlap langit yang membuat suasana jadi lebih ramai.

Tradisi ini oleh pemerintah Demak sangat dilestarikan karena banyak nilai positifnya dalam kegiatan takbir keliling yang diadakan setiap tahunnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *