Peninggalan Kesultanan Banten

Peninggalan Kesultanan Banten

Banten pernah menjadi pusat kejayaan Islam selama lebih 3 abad lamanya. Di masa Kesultanan Banten, peradaban Islam cukup baik di Jawa. Bukti bahwa Banten menjadi situs Kesultanan Banten bisa dilihat dari peninggalan-peninggalan bangunannya.

Berikut ini beberapa peninggalan dari Kesultanan Banten :

Istana Keraton Kaibon

sumber : https://www.indonesiakaya.com/

Di masa itu, arsitektur Istana Keraton Kaibon sungguh luar biasa. Bangunan yang dikelilingi oleh saluran air membuat Istana Keraton Kaibon seperti diatas air. Bangunan yang tidak ada kaitanya dengan arsitektur Islam ini belum diketahui siapa yang merancangnya. Padahal bangunan utama Keraton adalah sebuah masjid yang memiliki tiang-tiang tinggi yangsangat megah dan indah.

Kaibon sendiri artinya keibuan, diduga Keraton Kaibon adalah tempat Ratu Aisyah tinggal, yaitu ibu dari Sultan ke 21 Kesultanan Banten yang bernama Sultan Syafiudin. Sayangnya, penjajah Belanda telah menghancurkan Istana Keraton Kaibon. Penyebabnya adalah penolakan Sultan Syafiudin atas permintaan penjajah Belanda untuk membangun pelabuhan untuk armada penjajah Belanda yang berada di Teluk Lada atau di Labuhan, dan proyek pembangunan jalan dari Anyer hingga Panarukan. Penghancuran Istana Keraton Kaibon dilakukan pada tahun 1832. Hingga hari ini Istana Keraton Kaibon masih menyisakan sedikit bangunannya, seperti gerbang, pintu-pintu besar keraton, dan struktur bangunan keraoton Kaibon masih bisa dilihat. Pintu khas Bugis juga masih terlihat hingga hari ini, yaitu pintu besar dengan nama Pintu Paduraksa

Istana Keraton Surosowan

sumber : https://djawanews.com/

Pada pemerintahan Maulana Hasanuddin juga pendiri dari Kesultanan Banten, telah membangun Keraton surosowan. Pembangunan keraton dilakukan pada tahun 1522 hingga 1526. Seorang arsitek dari Belanda yang telah memeluk Islam yang bernama Hendrik Lucasz Cardeel telah merenovasi Keraton Surosowan pada pemerintahan Kesultanan Banten berikutnya. Sehingga Keraton Surosowan mirip sekali dengan sebuah benteng Belanda yang berbentuk intan pada pada keempat sudut bangunan benteng.

Hari ini, peninggalan Keraton Surosowan hanya menyisakan reruntuhan dari dinding dan pondasi kamar-kamar yang berbentuk persegi empat yang memilki jumlah puluhan. Keraton Surosowan disisi utara, selatan dan timur memiliki pintu gerbang, tetapi di sisi selatan pintu telah tertutup tembok. Pada arsitektur Keraton Surosowan juga banyak terdapat bangunan aliran air salah satunya ditengah keraton terdapat kolam yang penuh lumut dan ganggang. Bekas kolam taman Bale Kambang Rara Denok adalah paling dikenal dari bagian bangunan Keraton, ada juga pancuran mas untuk pemandian. Sumber air Istana Keraton Surosowan berasal dari sumur dan Danau Tasikardi.

Benteng Speelwijk

sumber : https://situsbudaya.id/

Arsitek muslim dari Belanda bernama Hendrick Lucaszoon Cardeel sangat berperan dalam beberapa desain dari peninggalan-peninggalan di jaman Kesultanan Banten, salah satunya adalah Benteng Speelwijk. Lokasi dari Benteng Speelwijk berada di kampung Pamarican yang tidak jauh dari lokasi Keraon Surosowan.Denah benteng adalah segi empat dengan bentuk bastion tiap sudutnya. Nama benteng di ambil dari nama seorang gubernur VOC yaitu Cornelis Jansz Speelman. Benteng ini dibangun pada tahun 1682 dan direnovasi dengan mengalami perluasan pada 1685 dan pada tahun 1731. Pembangunan benteng ini dimasa kekuasaan Sultan Abu Nase Abul Kahhar atau juga memiliki nama panggilan Sultan Haji. Putra dari Sultan Agung Tirtayasa ini sangat mudah dibujuk oleh penjajah Belanda, karena kurang tegasnya dalm kepemimpinannya.

Saat ini, meskipun tidak utuh, Benteng Speelwijk masih dapat di lihat beberapa bentuk bangunannya. Menurut analisa dari pakar sejarah Benteng Speelwijk diduga menjadi benteng pertahanan dan tempat tinggal para penjajah Belanda. Selain itu Benteng Speelwijk, menjadi tempat untuk mengawasi pemerintahan Kesultanan Banten pada waktu itu. Arsitektur benteng terdiri dari jendela meriam, basement sebagai gudang logistik, ruang jaga, dan tambatan untuk perahu. Parit dengan panjang 1.5 hingga 2 meter yang mengelilingi benteng salah satu bentuk pertahanan dari musuh. Ada juga menara berfungsi untuk mengintai dan dibawah bastion dengan fungsi sebagai gudang mesiu.

Masjid Agung Banten

sumber : https://wartakota.tribunnews.com/

Peninggalan masa lalu yang masih bagus dan terawat adalah tempat ibadah. Salah satu peninggal Kesultanan Banten hingga hari ini masih megah nan indah adalah Masjid Agung Banten. Masjid yang berusia 4 abad ini selain sebagai tempat ibadah umat islam juga menjadi salah satu tujuan wisata religi yang sangat ikonik. Masjid Agung Banten dibangun sejak pertama kali Kesultanan Banten di dirikan yaitu pada tahun 1552 – 1570 Masehi oleh Sultan pertama Kerajaan Banten yaitu Sultan Maulana Hasanuddin.

Bangunan masjid cukup luas yaitu 1.3 hektar, dan luas kompleks masjid dengan pagar tembok berkisar 2 hektar dan ada dua buah gapura dibagian sisi utara dan selatan dengan letak sejajar. Beberapa keunikan Masjid Agung Banten yang tampak oleh mata adalah arsitektur puncak atap yang bersusun lima mirip Pagoda Cina. Kemudian bentuk pintu yang rendah sebagai simbol kerendahan diri untuk menghilangkan kesombongan sebelum menghadap kepada Sang Pencipta Alam Semesta.

Keunikan lainnya adalah arsitektur menara masjid yang mirip dengan bentuk mercusuar. Menara tersebut memiliki 83 anak tangga untuk sampai pada puncaknya. Menara yang tinggi kokoh menjadi bangunan paling khas di Masjid Agung Banten. Keunikan arsitektur Masjid Agung Banter disebabkan oleh kombinasi dari tiga gaya arsitektur Jawa, Cina, dan Eropa. Ketiga gaya arsitektur itu karena ada tiga arsitek yang berperan dalam pembangunan Majsi Agung Banten, yaitu dari Jawa (Majapahit), Cina, dan Eropa (Belanda).

Danau Tasikardi

sumber : http://www.tangerangekspres.co.id/

Seperti arti dari danau tersebut, yaitu Danau Tasikardi artinya Danau Buatan. Namun yang paling berbeda adalah danau ini salah satu peninggalan dari Kesultanan Banten. Danau dengan luas 5 hektar dibangun pada masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf pada tahun 1570-1580 M, yaitu Sultan Banten kedua. Dasar danau ada lapisan dari ubin batubata. Danau ini dulu memiliki fungsi sebagai tempat peristirahatan Sultan dan keluarganya, selain itu juga memiliki fungsi menampung air dari Sungai Cibanten kemudian diteruskan untuk pengairan sawah, dan pasoka airi ke Keraton dan masyarakat. Aliran air Danau Tasikardi ke Keraton Surosowan melalui pipa yang berdiameter 2.4 meter yang terbuat dari tanah liat. Ada tempat penyaringan air sebelum masuk ke keraton dan masyarakat, dengan tiga tahapan, penyaringan merah, penyaringan putih dan penyaringan emas.

Meriam Ki Amuk

sumber : https://wisatabanten.com/

Sebuah Meriam kuno dari Kesultanan Banten hingga saat ini masih utuh berada didepan Masjid Agung Banten. Meriam Ki Amuk dulu digunakan sebagai senjata dalam menjaga Pelabuhan Karanghantu di Teluk Banten. Meriam yang dibuat di Jawa Tengan pada pertengahan abad 16 kira-kira kisaran tahun 1527 M. Sultan Trenggono menghadiahkan kepada Sultan Hasanuddin dari Kesultanan Banten. Meriam Ki Amuk ini memiliki kembarannya, yang sekarang berada di Museum Fatahillah Jakarta yang bernama Meriam Si Jagur.

Meriam Ki Amuk memiliki berat 7 ton yang terbuat dari perunggu dengan panjang 3 meter dan memiliki diameter luar 0.70 meter, serta diameter dalam mulut 0.34 meter. Peluru meriam seberat 180 pon atau 81.6 kg. Pada mulut meriam ada lambang Surya Majapahit dan terdapat dua huruf arab pada meriam. Huruf pertama dengan lafadz “Aqibah al-Khairi Salamah al-Imani” artinya Buah dari segala kebaikan adalah kesempurnaan iman. Lafadz kedua “La fata illa Ali la saifa illa Zu al-faqar, isbir ala ahwaliha la mauta” artinya Tiada pemuda kecuali Ali, tiada pedang selain Zulfiqar, hendaklah engkau bertakwa sepanjang masa kecuali mati.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *