Masjid Gedhe Kauman Jogja Salah Satu Dari 5 Masjid Peninggalan Kesultanan Mataram

Masjid Gedhe Kauman Jogja Salah Satu Dari 5 Masjid Peninggalan Kesultanan Mataram

Masjid Gedhe Kauman Jogja merupakan salah satu dari 5 masjid tua peninggalan Kesultanan Mataram. Masjid Gedhe Kauman Jogja ini lebih dikenal karena menjadi bagian bangunan yang berada di kawasan Kraton Yogyakarta. Kesultanan Mataram berdiri pada abad ke 17 dan Kraton Kotagede menjadi pusat awal pemerintahan. Sultam pertama yang berdaulat adalah Panembahan Senapati, putra dari Ki Ageng Pamanahan.

Kesultanan Mataram akhirnya terpecah menjadi dua setelah mengalami kekacauan politik pada internal kesultanan. Peristiwa Perjanjian Giyanti mengatur pembagian wilayah dua kesultanan baru yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Dua kerajaan iniakhirnya mendirikan sebuah kraton dan kelengkapnnya diantaranya adalah bangunan-bangunan masjid.

Masjid Gedhe Kauman Jogja

Masjid Gedhe Kauman Jogja

sumber : https://niagatour.com/

Masjid Gedhe Kauman Jogja merupakan bagian dari Kesultanan Yogyakarta. Masjid berada di lokasi barat alun-alun utara tepat di alamat Kampung Kauman, Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta. Masjid Gedhe Kauman Jogja berdiri setelah 18 tahun berdirinya Kesultanan Yogyakarta. Pendiri Masjid Gedhe Kauman Jogja adalah Sri Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1773. Masjid Gedhe Kauman Jogja memiliki gaya arsitektur Jawa Kuno hingga saat ini masih berdiri kokoh. Masjid Gedhe Kauman Jogja merupakan Masjid Kesultanan Yogyakarta yang bersejarah ini, menjadi perhatian pemerintah Indonesia untuk melakukan pemeliharaan.

Masjid Kotagede Yogyakarta

sumber : https://visitingjogja.com/

Masjid Kotagede Yogyakarta adalah masjid tertua di Yogyakarta. Masjid ini terletak di selatan kawasan Pasar Kotagede, dengan alamat di kelurahan Jagalan, kecamatan Banguntapan, Bantul. Masjid Kotagede ini dibangun di masa Kerajaan Mataram pada tahun 1640 oleh Sutan Agung. Pada halaman masjid ada sebuah pohoh beringin tua yang usianya mencapai ratusan tahun. Di sekitar pohon beringin terdapat parit yang mengelilingi masjid. Dahulu, parit yang digunakan sebagai tempat wudhu, tetapi saat ini digunakan sebagai tambak.

Pembangunan masjid ini dilakukan dua tahap. Tahap pertama di bangun pada masa Sultan Agung yang berupa bangunan inti masjid dengan ukuran kecil sehingga belum disebut masjid, tetapi langgar. Tahap kedua masjid di bangun oleh Raja Kasunanan Surakarta, Paku Buwono X. Perbedaan bagian masjid yang dibangun oleh sultan Agung dan Paku Buwono X ada pada tiangnya. Bagian yang dibangun Sultan Agung tiangnya berbahan kayu sedangkan yang dibangun Paku Buwono tiangnya berbahan besi. Ternyata Masjid Kotagede lebih tua dari Masjid Gedhe Kauman Jogja.

Masjid Pathok Negara Sulthoni Plosokuning

sumber : https://travel.kompas.com/

Masjid Pathok Negara adalah masjid yang di bangun berfungsi sebagai penanda batas wilayah di Kesultanan Yogyakarta. Masjid Pathok Negara Sulthoni Plosokuning sebenarnya sudah berdiri sebelum adanya keraton Yogyakarta. Pendiri masjid ini adalah Kyai Mursodo. Posisi masajid saat itu berada di selatan bangunan yang sekarang berada. Diceritakan, setelah Sri Sultan Hamengkubuwono I membangun keraton dan Masjid Gedhe Kauman Jogja, beliau memindahkan Masjid Pathok Negara Sulthoni Plosokuning dari posisi semula ke posisi yang sekarang.

Di antara Masjid Pathok Negara lainnya, Masjid Pathok Negara Sulthoni Plosokuning bangunan aslinya terjaga hingga saat ini. Keunikan bangunan ini adalah keberadaan kolam yang mengelilingi masjid. Kolam ini berfungsi untuk membasuh kaki dan membersihkan diri sebelum memasuki masjid. Desain masjid dengan kolam diterapkan, karena pada masa lalu masyarakat banyak yang tidak menggunakan alas kaki.

Masjid Agung Surakarta

sumber : https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/

Masjid Agung Surakarta di bangun oleh Sunan Pakubuwono III pada tahun 1763 dan selesai pada tahun 1768. Masjid ini memiliki status sebagai masjid kerajaan, sebagaimana Masjid Gedhe Kauman Jogja. Masjid ini juga berfungsi mendukung segala kegiatan kerajaan terkait dengan keagamaan, seperti Grebeg dan festival Sekaten. Raja (Sunan) Surakarta selain sebagai kepala negara juga berfungsi sebagai pengatur urusan agama. Semua pegawai masjid diangkat menjadi abdi dalem kraton, dengan gelar seperti Kanjeng Raden Tumenggung Penghulu Tafsiranom dan Lurah Muadzin untuk juru adzan.

Masjid ini berlokasi di barat Alun-Alun Utara Keraton Surakarta. Masjid ini memiliki arsitektur Jawa Kuno dan Belanda. Bangunan masjid ini dominan kayu dan bagian dinding utama juga terbuat dari kayu dengan ditempeli berbagai prasasti bertulisan Jawa kuno. Kolam-kolam air yang digunakan untuk sarana wudhu dan jam matahari juga sudah berusia ratusan tahun. Fungsi jam matahari sebagai menentukan waktu shalat.

Masjid Al Fatih Kepatihan Solo

sumber : https://m.tribunnews.com/

Masjid Al Fatih Kepatihan Solo adalah masjid peninggalan Raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Paku Buwono X.
Semua arsitektur masjid masih asli diantaranya pintu, jendela, mimbar, kentongan, bedug serta tiang masjid karena dari bahan kayu Jati peninggalan PB X. Sejak berdirinya Masjid Al Fatih, baru satu kali mengalami perbaikan pada tahun 1992. Masjid ini berdiri pada tahun 1616. Sehingga Masjid Al Fatih Kepatihan Solo memiliki usia lebih tua dari usia Masjid Gedhe Kauman Jogja.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *