Masjid Agung Surakarta, Sejarah Dan Keunikan Yang Terjaga

Masjid Agung Surakarta, Sejarah Dan Keunikan Yang Terjaga

Masjid Agung Surakarta sebelumnya bernama Masjid Ageng Keraton Hadiningrat. Masjid ini berada di kawasan Keraton Surakarta, sehingg Masjid Agung ini memiliki arsitektur bangunan keraton. Masjid yang di bangun pada tahun 1749 oleh Pakubwono III ini merupakan salah satu bangunan penting dalam keraton, karena masjid ini berfungsi sebagai pusat penyebaran Islam saat itu. Kawasan masjid ini seluas sekitar 1 hektar dengan luas bangunan utama masjid 34.2 x 33.5 meter. Pemandangan arsitektur masjid memiliki daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjunginya, selain itu pemandangan menarik lainnya yang ada di kawasan itu adalah jam matahari, ubin masjid sejak awal pembangunan, hingga gamelan keramat.

Sejarah

Masjid Agung Surakarta

sumber : https://cakrawala.co/

Sejarah dimanapun mencatat bahwa perkembangan Islam selalu tidak lepas dari keberadaan bangunan masjid. Begitu juga sejarah perkembangan Islam di Surakarta pun juga demikian. Bangunan istana / keraton dalam kerajaan Islam selalu tidak lepas dari bangunan masjid. Karena masjid sebagai tempat ibadah dan tempat mengambil keputusan penting dari pemerintahan Islam kala itu. Masjid Agung Surakarta merupakan salah satu bagian dari kawasan keraton yang hingga hari ini bangunannya masih terjaga dengan baik. Masjid yang berlokasi di barat alun-alun Surakarta ini di bangun oleh Raja Surakarta Paku Buwono III (PB III) pada tahun 1785 M bertepatan dengan 1689 tahun Jawa.

Sebenarnya, rencana pembangunan masjid sudah dirancang sebelumnya oleh Paku Buwono II. Tidak hanya Masjid Agung Surakarta saja, tetapi lokasi pasar, alun-alun, dan seluruh bangunan sekitar masjid sudah ada rancangannya di masa Paku Buwono II. Kemudian di masa pemerintahan Paku Buwono III Masjid Agung Surakarta direnovasi dengan unsur arsitektur Jawa Kuno dan Belanda. Masjid keraton Surakarta ini didominasi dari bahan kayu, dan ini bisa dilihat dari atap yang bertumpang tiga yang memiliki pucuk berbentuk mustaka. Kemudian bagian beranda hingga mihrab tempat imam berdiri hampir keseluruhan berbahan kayu jati yang kuat hingga hari ini.

Struktur tata letak bangunan -bangunan di sekitar Masjid Agung Surakarta terinspirasi dari sebuah hadis Nabi Muhammad SAW yang tersirat bahwa ideologi yang bersifat ruhiyah atau keagamaan dan urusan duniawi seluruhnya harus saling berkaitan. Arsitektur bangunan masjid dan bangunan di sekitarnya tidak asal membangun saja, tetapi memiliki makna yang bisa dipetik dan diamalkan dalam kehidupan. Seperti bangunan gapura masjid ( Gapura Gladhak ) ini memiliki makna pada masa kanak-kanak penuh dengan permainan dan suka ria. Begitu juga alun-alun dan Pasar Klewer sebagai represantasi dari unsur duniawi dan Masjid Agung Surakarta sebagai simbol dari unsur keislaman dan keagamaan.

Keunikan Arsitektur

sumber : https://www.goodnewsfromindonesia.id/

Keunikan pada arsitektur Masjid Agung Surakarta bisa dilihat secara global bagian-bagian bangunan masjid. Dimulai dari serambi masjid yang mirip lorong menjorok kedepan dengan membentuk kuncung bagian depannya, bentuk ini dinamakan tratag rambat. Kemudian pawestren yaitu tempat sholat jamaah wanita. Ada juga balai musyawarah, tempat wudhu, dan yang paling unik adalah pagongan yang berada di sisi kanan kiri pintu masjid. Pagongan berfungsi untuk menyimpan gamelan yang digunakan upacara Sekaten dalam memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW. Keunikan lainnya dari masjid ini diantaranya ada di penjelasanan dibawah ini.

Istal dan Garasi Kereta

Istal dan Garasi Kereta adalah tempat parkir khusus bagi raja untuk ketika raja melaksanakan sholat Jumat dan saat menghadiri acara Gerebeg.

Pagar Masjid

sumber : https://www.pegipegi.com/

Pagar yang mengelilingi Masjid Agung Surakarta di bangun pada pemerintahan Paku Buwono VIII tahun 1858. Pagar masjid ini memiliki pintu utama didepan dan dua pintu yang berada di samping kiri kanan masjid.

Gapura

sumber : https://travel.dream.co.id/

Gapura masjid memiliki arsitektur Persia pada masa pemerintahan Paku Buwana X . Sebelum berbentuk arsitektur Persia gapura ini bentuknya limasan. Fungsi gapura ini adalah sebagai akses utama ke area masjid selain dua gapura di sisi selatan yang merupakan akses dari pasar Klewer dan sisi utara yang merupakan akses dari kampung Kauman. Gapura ini dihubungkan dengan gapura di sisi utara dan selatan dengan pagar dinding batu bata setinggi 2,5 meter. Gapura ini juga berfungsi membatasi area halaman masjid dengan area luar, dimana dapat dilihat dari adanya tiga akses pintu yang dilengkapi dengan daun pintu berupa teralis besi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *