6 Fakta Menarik Masjid Agung Bandung 

6 Fakta Menarik Masjid Agung Bandung 

Masjid Agung Bandung merupakan masjid tertua di Bandung, karena sudah berusia lebih dari satu abad. Masjid Agung Bandung di bangun sejak tahun 1810. Masjid yang berada di Kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia memiliki status Masjid Provinsi Jawa Barat. Masjid yang berlokasi di alun-alun Kota Bandung ini sejak didirikan hingga berbentuk bangunan masjid sekarang sudah mengalami 14 kali renovasi.

Masjid Agung Bandung setiap hari ramai dikunjungi oleh wisatawan untuk melihat keindahan bangunan masjid dan pemandangan di sekitar masjid. Arsitektur bangunan yang megah dan keasrian lingkungan masjid, membuat banyak pengunjung betah untuk berlama-lama disana, baik untuk beribadah ataupun menikmati keindahan bangunan dan pemandangan disekitar Masjid Agung Bandung.

Lokasi

sumber : https://www.google.co.id/maps

Masjid Agung Bandung beralamat di Jl. Dalem Kaum No.14, Balonggede, Kec. Regol, Kota Bandung, Jawa Barat 40251. Masjid ini bisa ditemui di Alun-alun Bandung dekat ruas Jalan Asia-Afrika, pusat Kota Bandung. Jika berada di pusat Kota Bandung akan mudah untuk menjumpai masjid ini, karena akan tampak menara masjid dari kejauhan. Masjid Agung Bandung juga dekat dengan gedung bersejarah, seperti Gedung Asia Afrika, Gedung Merdeka dan Hotel Preanger.

Sejarah

masjid agung bandung

sumber : https://www.insidebandung.com/

Masjid Agung Bandung yang berdiri tahun 1810 ini di bangun ketika berpindahnya pusat Kota Bandung dari Krapyak ke lokasi sekarang, jarak dari Krapyak ke pusat Kota Bandung sekarang sekitar 10 km. Masjid Agung Bandung aslinya memiliki bangunan yng sederhana, yaitu berupa bangunan panggung tradisional sunda, memiliki tiang dari kayu, dan dinding masjid dari anyaman bambu. Atap masjidpun juga dari bahan alami yaitu atap rumbia, kemudian untuk bersuci ada sebuah kolam besar untuk mengambil air wudhu. Selain fungsi untuk bersuci dari hadas kecil, kolam ini juga sebagai sumber air untuk antisipasi memadamkan kebakaran jika terjadi pada bangunan masjid dan bangunan lain yang berada di sekitar Masjid Agung Bandung.

Kebakaran masjid pernah terjadi pada tahun 1825, sehingga pada tahun 1826 dilakukan renovasi pada dinding masjid dan atap, yang semula dari bambu dan rumbai diganti dengan bahan kayu. Renovasi selanjutnya dilakukan pada tahun 1850 pada saat dilakukan pembangunan alan Groote Postweg (kini Jalan Asia Afrika). Renovasi masjid ini ats perintah dari Bupati R.A Wiranatakusumah IV, yaitu memperluas bangunan masjid dengan mengganti dinding masjid dengan tembok dari bahan batu bata, dan mengganti atap masjid dengan genteng.

sumber : https://backpackerjakarta.com/

Renovasi Masjid Agung Bandung kali ini sempat diabadikan dalam sebuah lukisan pada tahun 1852 oleh pelukis dari Inggris yang bernama W Spreat. Pada lukisan ini, masjid terlihat memiliki atap limas besar yang bersusun dan menjulang tinggi, atap ini dinamai oleh masyarakat sekitar dengan sebutan Bale Nyungcung. Selang diatas 20 tahun masjid mengalami renovasi kembali pada tahun 1875 untuk menambah pondasi beserta pagar tembok mengelilingi masjid.

Masjid ini semakin hari menjadi pusat kegiatan Islam yang dilakukan oleh umat Islam di wilayah tersebut, seperti pengajian, perayaan peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW, Rajaban dan peringatan hari besar Islam lainnya. Masjid ini juga mulai menjadi tempat untuk melangsungkan akad nikah, sehingga di tahun 1900 dilakukan renovasi kembali dengan pembuatan mihrab masjid dan pawestren (teras di samping kiri dan kanan).

Renovasi masih belum berhenti, di tahun 1930 ada renovasi pembangunan teras masjid dan membangun dua buah menara pada sisi kanan dan sisi kiri bangunan Masjid Agung Bandung. Agar arsitektur masjid bagus, maka kedua puncak menara sama dengan bentuk atap masjid. Setelah Indonesia merdeka dan sebelum diadakannya Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955, atas perintah Presiden RI 1, Soekarno, Masjid Agung Bandung dilakukan renovasi besar-besaran yang merubah gaya arsitektur tradisional menjadi gaya arsitektur Timur Tengah.

Perubahan terjadi diantaranya pada atap masjid, yang semula berbentuk nyuncung diubah menjadi bentuk kubah segi empat seperti bentuk bawang. Perubahan berikutnya pada kedua menara, pawestren, dan teras depan semuanya dibongkar menjadi sebuah ruangan masjid, sehingga Masjid Agung Bandung hanya memiliki halaman yang sempit. Tujuan masjid direnovasi adalah sebagai tempat sholat para tamu Konferensi Asia Afrika.

Kubah pertama Masjid Agung Bandung hanya bertahan selama 15 tahun karena mengalami kerusakan yang diakibatkan tiupan angin yang kencang. Sempat diperbaiki pada tahun 1967, namun akhirnya kubah pertama ini diganti dengan kubah baru pada tahun 1970. Terbitnya SK Gubernur Jawa Barat tahun 1973, Masjid Agung Bandung dilakukan renovasi besar-besaran lagi. Ruang sholat diperluas dengan dibuat bertingkat. Ada ruang basement yang berfungsi sebagai tempat wudhu, selanjutnya lantai dasar sebagai ruang utama masjid, dan lantai atas sebagai kantor DKM dan ruang sholat jamaah perempuan. Mezanine ini bisa langsung terhubung dengan serambi luar masjid. Menara masjid juga dibangun kembali yang memiliki ornamen logam yang berbentuk mirip bawang yang memiliki atap berbentuk joglo.

Rencana penataan ulang Alun-alun Kota Bandung berimbas pada renovasi besar besaran lagi pada Masjid Agung Bandung, karena masjid ini bagian dari Alun-alun Kota Bandung. Pada tanggal 25 Februari 2001 dilakukan peletakan batu pertama pembangunan kembali Masjid Agung Bandung. Proses pembangunan masjid ini memakan waktu selama 829 hari (2 tahun 99 hari) dari peletakan batu pertama sampai diresmikannya Masjid Agung Bandung pada tanggal 4 Juni 2003 oleh Gubernur Jawa Barat H.R. Nuriana. Penataan ulang kawasan alun alun dan masjid Agung Bandung selesai keseluruhannya pada tanggal tanggal 13 Januari 2004.

Arsitektur

sumber : http://islamtraveler.blogspot.com/

Masjid Agung Bandung bangunan sekarang dirancang oleh 4 orang Bandung, mereka adalah Ir. H. Keulman, Ir. H. Arie Atmadibrata, Ir. H. Nu’man dan Prof. Dr. Slamet Wirasonjaya. Perubahan bentuk Masjid Agung Bandung hampir 90%, namun masih menyisakan sebagian bangunan lama Masjid Agung Bandung, termasuk jembatan hubung antara masjid dengan alun-alun. Kemudian dinding masjid yang berbentuk sisik yang berada di depan masjid.

Konsep konstruksi space frame diterapkan pada bangunan kubah karena untuk mengurangi beban. Selain kubah utama ada juga dua buah kubah kecil yang masing masing berdiameter 25 meter yang berada dibangunan tambahan masjid. Kemudian material transparan diterapkan pada bangunan kubah agar pencahayaan dalam masjid lebih terang.

Ruas jalan alun-alun barat yang berada di depan Masjid Agung Bandung didirikan bangunan tambahan yang dilengkapi dengan menara kembar dengan ketinggian 81 meter. Kedua menara inilah yang sekarang ramai dengan pengunjung untuk menikmati pemandangan Kota Bandung 360 derajat di lantai 19 menara Masjid Agung Bandung. Perombakan halaman depan masjid difungsikan sebagai lahan parkir di basement dan diatasnya sebagai taman sebagai area publik sehingga alun-alun kembali pada fungsinya.

Interior

Interior bagian depan yang luas

Fungsi ruang dalam bagian depan masjid sebagai aula untuk acara pengajian, pernikahan dan untuk istirahat warga yang kebetulan singgah di situ. Ruang ini juga digunakan untuk sholat.

Interior utama

Ruang Sholat Utama berada di ruang terpisah dari ruang dalam bagian depan. Di antara kedua ruang ini dihubungkan dengan jembatan yang di bawahnya terdapat ruang wudlu (selain ruang wudlu bagian luar). Ruang sholat utama ini memiliki ruang yang luas dan berlantai dua. Interior memiliki ornamen ukiran Islami dengan mengutamakan seni budaya Islami tatar sunda.

Kubah

Masjid memiliki satu kubah besar berdiameter 30 meter pada atap tengah dan kubah lebih kecil berdiameter 25 meter pada atap kiri-kanan masjid. Kemudian dinding masjid terbuat dari batu alam kualitas tinggi.

Menara

sumber : https://id.wikipedia.org/

Masjid Agung Bandung di apit oleh menara kembar yang memiliki ketinggian 81 meter mengapit 3 buah kubah. Ada 1 buah lift didalam menara untuk mengantarkan orang-orang bila ingin masuk hingga ke puncak menara. Menara, setiap sabtu dan minggu dibuka dari pukul 10.00 hingga pukul 17.00 untuk pengunjung yang ingin merasakan ketinggian menara sambil melihat kota Bandung dengan jelas dari ketinggian 81 meter. Tiket naik ke atas menara sebesar Rp 3.000 untuk dewasa, dan hanya Rp 2.000 untuk anak-anak.

Halaman Beralas Rumput Sintetis

sumber : https://travelmaker.id/

Halaman depan Mesjid Agung Bandung menjadi ruang publik yang ramai dikunjungi oleh banyak orang sebagai tempat rekreasi masyarakat Kota Bandung. Halaman seluas lebih dari 1 hektar ini yang unik beralaskan rumput sintetis. Halaman beralas rumput sintetis menarik banyak pengunjung untuk melakukan berbagai macam aktivitas, mulai dari tempat untuk bermain hingga sebagai tempat untuk belajar.

Media Ekpresi Curahan Hati

sumber : https://www.insidebandung.com/

Ada satu lokasi yang dihiasi oleh media berbentuk seperti bola besar berdiameter 1,5 meter yang dirangkai dengan menggunakan logam menyerupai kawat tebal, dan di gantungi oleh potongan hiasan warna-warni yang terbuat dari bahan sintetis. Lokasi ini berada di bagian area halaman masjid. Bermacam-macam ekpresi curahan hati yang berbentuk tulisan menjadi ornamen yang ditempelkan pada lingkaran logam dipinggir area hijau alun-alun Mesjid Agung Bandung. Ekpresi curahan hati terdiri dari kata-kata bijak, pantun, nasihat, doa dan keinginan, kebahagiaan, dan masih banyak lagi coretan yang membikin penasaran sehingga banyak orang ingin membacanya.

Area Permainan Anak-anak

sumber : http://m.dailymoslem.com/

Masih di halaman beralas rumput sintetis, ad sebuah area kecil tempat permainan anak-anak, seperti permaianan ayunan, jungkat-jungkit, seluncuran sehingga tempat ini menjadi tempat favorit bagi anak-anak jika berkunjung di alun-alun Kota Bandung.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *