Asal Usul Sebutan Masjid Jogokariyan Muhammadiyah

Asal Usul Sebutan Masjid Jogokariyan Muhammadiyah

Mengapa ada sebagian orang menyebut Masjid Jogokariyan adalah Masjid Jogokariyan Muhammadiyah ? Karena Masjid Jogokariyan memiliki sejarah berdirinya masjid berhubungan erat dengan salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia yaitu Muhammadiyah. Kampung Jogokariyan yang selalu ramai dengan pengunjung setiap harinya disebabkan oleh sebuah masjid yang menjadi magnet tersebut. Masjid yang selalu ramai dengan jamaah sholat lima waktu ini menjadi daya tarik bagi banyak umat Islam diluar Kampung Jogokariyan untuk mengetahui dan belajar cara memakmurkan masjid.

Masjid Jogokariyan Muhammadiyah

sumber : https://tirto.id/

Apalagi di bulan Ramadhan, Masjid Jogokariyan Muhammadiyah ini ketika menjelang berbuka puasa selalu ramai, karena Takmir Masjid Jogokariyan setiap harinya selalu menyediakan 3000 porsi untuk berbuka puasa gratis. Belum lagi deretan aneka makanan yang dijajakan oleh masyarakat sekitar masjid menambah keramaian suasana menjelang berbuka puasa Ramadhan. Sehingga pengunjung akan merasakan suasana yang Islami di Kampung Jogokariyan.

Keberhasilan dakwah yang serius dan konsisten ini tidak dilakukan dalam waktu yang singkat. Sudah puluhan tahun dakwah di Kampung Jogokariyan sehingga menjadi kondisi yang seperti saat ini. Ini tidak lepas dari ormas Muhammadiyah salah satu lembaga yang memulai merintis dakwah di Kampung Jogokariyan dengan mendirikan masjid sebagai pusat pembinaan kepada masyarakat sekitar yang pada waktu itu, kondisi masyarakat sangat jauh dari ajaran Islam. Wajar pada hari ini ada sebagian orang menyebut pusat perubahan di Kampung Jogokariyan ini adalah Masjid Jogokariyan Muhammadiyah.

Sejarah Singkat Masjid Jogokariyan Muhammadiyah

Kampung Jogokariyan di tahun 60an dikenal sebuah kampung abangan, yaitu masyarakat sebagian besarnya masih suka melakukan ritual-ritual kejawen dan sangat jauh dari ajaran Islam. Ditambah dengan kondisi ekonomi masyarakat yang miskin, karena sebagian besarnya sebagai buruh atau pekerja. Kondisi seperti ini menjadi lahan subur masuknya paham komunis yang dibawa oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) sehingga Kampung Jogokariyan menjadi basis PKI kala itu sampai meletusnya peristiwa 30 September 1965. Banyak warga disana menjadi tersangka sehingga banyak yang dibawa aparat.

Aktivitas masjid sebagai perubahan

sumber : https://travel.detik.com/

Pengusaha batik Haji Jazuri pada awalnya memiliki ide untuk mendirikan sebuah masjid di Kampung Jogokariyan. Kemudian ide tersebut disampaikan kepada tokoh agama dan masyarakat yang memiliki latar belakang Muhammadiyah dan Masyumi, yaitu Zarkoni, Abdul Manan, Haji Amin Said, Hadist Hadi Sutarno, Kanjeng Raden Tumenggung Widyodiningrat, dan Margono.

Tujuan didirikan masjid

1.Kampung Jogokariyan belum ada masjid, yang ada hanya mushola.

2.Masjid untuk menyediakan tempat ibadah kepada para pekerja dan warga di sana. Kemudian, menjadikan masjid tersebut sebagai sarana berdakwah.

Akhirnya mereka mengumpulkan dana secara patungan untuk membeli lahan yang diwakafkan untuk pendirian masjid, kemudian masjid tersebut diwakafkan ke Muhammadiyah. Pembangunan masjid dilakukan selama dua tahun dan setelah itu diresmikan oleh Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Yogyakarta. Masjid yang sederhana pada waktu itu belum dialiri listrik, karena listrik belum masuk ke Kampung Jogokariyan.

Awalnya, aktivitas masjid ada penolakan dari penduduk yang masih suka melakukan ritual kejawen, tetapi dengan sabar dan kesungguhan maka sedikit demi sedikit, dakwah yang dilakukan oleh pengurus Masjid Jogokariyan Muhammadiya ini membuahkan hasil. Dari pembinaan anak-anak yang orang tuanya ditangkap karena terlibat PKI, dengan melibatkan mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta (sekarang UIN Sunan Kalijaga) untuk mengajar membaca Al Quran dan salat. Kemudian setelah anak-anak ini bisa dan paham agama, mereka meneruskan dakwah kepada orang tuanya yang sudah dibebaskan.

sumber : http://azkail.com/

Hingga di tahun 2000, Masjid Jogokariyan Muhammadiyah memperbaiki pengelolaan masjid, dengan memiliki beberapa target, salah satu targetnya adlah memakmurkan masjid. Ciri sebuah masjid yang makmur bisa dilihat dari indikasi sholat jamaah di masjid, dan sebagai ukuran adalah jumlah jamaah sholat subuh di masjid. Jika jumlah jamaah sholat subuh di masjid banyak, maka insya Allah jamaah sholat lainnya juga banyak.

Untuk mendatangkan masyarakat supaya hadir sholat shubuh jamaah di Masjid Jogokariyan Muhammadiyah, pengurus masjid membuat undangan seperti undangan pernikahan, yang didalamnya tercantum ayat-ayat keutamaan memakmurkan masjid dan sholat berjamaah. Juga didalam undangan disebutkan ada kajiaan bada shubuh yang diakhiri sarapan pagi gratis. Buah kerja keras dan atas rahmat Allah SWT, jamaah sholat subuh di Masjid Jogokariyan Muhammadiyah jumlahnya sama dengan jamaah sholat Jumat.

Pengurus masjid juga memberikan pelayanan kepada jamaah, supaya dalam beribadah di masjid tenag dan nyaman, pengurus masjid akan mengganti barang yang hilang seperti sandal, sepatu, bahkan kendaraan dengan merk yang sama persis dalam kondisi baru.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *