Masjid Jogokariyan Sebagai Pusat Perubahan Kebaikan

Masjid Jogokariyan Sebagai Pusat Perubahan Kebaikan

Masjid Jogokariyan Yogyakarta menjadi masjid percontohan banyak masjid di Indonesia karena memiliki latar belakang sejarah lingkungan yang kelam hingga menjadi sebuah lingkungan yang sangat Islami. Masjid yang menjadi salah satu destinasi religi jika melakukan perjalanan di Yogyakarta ini dibangun pada tahun 1965 sampai tahun 1967.

Masjid Jogokariyan

sumber : https://travel.kompas.com/

Masjid yang beralamat ditengah kota Jogya ini setiap harinya banyak dikunjungi oleh pengunjung dari seluruh penjuru tanah air, bahkan ada juga yang dari mancanegara.

Pendiri Masjid Jogokariyan

Dalam sejarah, H. Jazuri adalah tokoh yang memiliki gagasan pembangunan masjid di Kampung Jogokariyan. Kemudian beliau menyampaikan gagasannya ke beberapa tokoh masyarakat seperti Bapak Zarkoni, Bapak Abdulmanan, Bapak H. Ahmad Said, Bapak Hadits Hadi Sutarno, Kanjeng Ratu Tumenggung Widyodiningrat, Ibu Margono, dan lain-lain. Setelah terjadi kesepahaman antar-tokoh masyarakat tersebut, kemudian mencari tanah wakaf seluas 600 m2 untuk didirikan masjid.

sumber : https://uloom.id/

Visi dan Misi Masjid Jogokariyan

– Visi : Terwujudnya masyarakat sejahtera lahir batin yang diridhoi Allah melalui kegiatan kemasyarakatan yang berpusat di masjid.

– Misi : Menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat, memakmurkan kegiatan ubudiyah di masjid, menjadikan masjid sebagai tempat rekreasi rohani jama’ah, menjadikan masjid tempat merujuk berbagai persoalan, dan menjadikan masjid sebagai pesantren dan kampus masyarakat.

Sejarah Masjid Jogokariyan

Jogokariyan adalah nama salah satu kampung di Yogyakarta. Kampung Jogokariyan terkenal dengan kampung abangan dan kampung ini merupakan basis dari simpatisan PKI (Partai Komunis Indonesia). Kampung Jogokariyan sebenarnya adalah kampung anyar / kampung baru di masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwana IV (1814-1822). Waktu itu jumlah abdi dalem dan prajurit kraton yang menghuni di dalam area benteng istana Ngayogyakarta Hadiningrat semakin padat. Kemudian Sri Sultan Hamengkubuwana IV memerintahkan untuk membuka sebuah kampung baru.

sumber : https://uloom.id/

Akhirnya lokasi yang dipilih adalah kawasan sebelah utara agak ke timur Panggung Krapyak. Kampung baru tersebut diberi nama Kampung Jogokariyan. Pengaruh kraton sangat kuat di kampung baru ini karena sebagian abdi dalem dan prajurit tinggal disana masih sering melakukan praktik-praktik tradisi Jawa. Seiring perkembangan waktu, maka Kampung Jogokariyan semakin berkembang. Selain itu hadirnya pendatang ke Kampung Jogokariyan menjadikan kampung memiliki sebuah kultur baru yaitu kultur majikan dan pekerja karena sebagian abdi dalaem yang tinggal di Kampung Jogokarian menjual tanah dan rumahnya kepada pengusaha batik. Sehingga pada akhirnya Jogokariyan dikenal dengan sentra industri batik. Kemiskinan yang berada di Kampung Jogokariyan karena sebagian besar penduduk Jogokariyan menjadi pekerja. Lagi pula karakter penduduk disana cenderung abangan maka kondisi ini sangat mudah dimasuki oleh ideologi PKI sampai Kampung Jogokariyan menjadi basis PKI.

Kemudian kondisi Jogokariyan menemui titik balik setelah hadirnya sebuah masjid disana, yang sangat populer disebut Masjid Jogokariyan. Para pengrajin batik dan tenun yang tinggal di Kampung Jogokariyan yang mereka adalah para simpatisan Masyumi dan anggota Muhammadiyah membeli tanah wakaf seluas 600 meter persegi. Di lahan inilah Masjid Jogokariyan dibangun pada tanggal 20 Seprember tahun 1965. Proses pembangunan Masjid Jogokariyan dilakukan selama 2 tahun hingga tahun 1967. Kemudian tahun itu juga tepat pada peringatan hari kemerdekaan RI, Masjid Jogokariyan diresmikan dan sudah difungsikan menjadi tempat ibadah. Masjid Jogokariyan diresmikan oleh Ketua PDM (Pimpinan Daerah Muhammadiyah) Kota Yogyakarta. Nama masjid yang diambil dari nama kampung dimana masjid berada adalah mengikuti teladan nabi Muhammad SAW yang dulu pernah berdakwah di Quba, dengan mendirikan sebuah masjid yang bernama Masjid Quba.

Keberkahan ada pada Masjid Jogokariyan, seiring waktu berlalu jamaah yang melakukan ibadah di Masjid Jogokariyan semakin bertambah banyak. Sehingga pada tahun 1978 dilakukan pembangunan tambahan pada masjid seluas 760 meter persegi. Hingga pada tahun 2009 kompleks tanah Masjid Jogokariyan bertambah lagi sehingga didalam kompleks masjid tersebut dibangunlah Islamic Center Jogokariyan. Masjid jogokariyan memliki bangunan tiga lantai. Lantai pertama adalah bangunan Masjid Jogokariyan dengan luas 387 m2, kemudian lantai 2 dengan luas 400 m2, dan lantai 3 dengan luas 170 m2.

Fasilitas-fasilitas Masjid Jogokariyan

sumber : https://uloom.id/

Bangunan utama Masjid 3 lantai, terdiri :
– Ruang utama 1 buah
– Serambi 3 buah
– Ruang serbaguna 1 buah
– Ruang tidur/penginapan 3 buah
– Ruang etalase 1 buah
– Ruang kantor 1 buah
– Ruang gudang 3 buah
– Ruang poliklinik 1 buah
– Ruang perpustakaan 1 buah
– Garasi 1 buah
– Tempat Wudu 5 lokal
– Kamar mandi 30 buah
– Ruang dapur 1 buah
– Menara 1 buah
– Sound system 1 set
– Hall 1 buah
– Islamic Center 1 buah
– Hotel kualitas bintang 4 sebanyak 11 kamar
– Secretariat 1 buah
– CCTV 1 set (16 kamera)
– Fingerprint 2 set
– Mobil operasional masjid 1 buah.

Lokasi Masjid Jogokariyan

Alamat Masjid Jogokariyan di Jl. Jogokaryan No.36, Mantrijeron, Kec. Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lokasi Masjid Jogokariyan juga bisa dicari di google maps

sumber : https://www.google.com/maps

Manajemen Masjid Jogokariyan

Sebuah masjid akan banyak dan sepi jamaahnya di karenakan pengelolaan masjid itu sendiri. Pengelolaan yang ala kadarnya tidak akan merubah kondisi jamaah masjid apalagi kondisi dilingkungan masjid itu. Namun, jika pengelolaan sebuah masjid dengan manajemen yang baik maka kondisi jamaah masjid akan bertambah dan lingkungan masjid akan menjadi lebih baik. Seperti Manajemen pada Masjid Jogokariyan. Masjid ini sebelumnya memiliki lingkungan yang kurang baik, tetapi dengan pengelolaan yang baik maka terjadilah perubahan jumlah jamaah yang semakin banyak dan kondisi lingkungan menjadi baik.

sumber : https://www.kiblat.net/

Masjid Jogokariyan memiliki 3 langkah dalam pengelolannya, yaitu pemetaan, pelayanan, dan pemberdayaan.

Pemetaan berkaitan dengan peta dakwah, wilayah kerja, dan jamaah yang terdata dengan jelas. Pendataan jamaah tentang potensi, kebutuhan, peluang, tantangan, kekuatan, dan kelemahan. Pendataan ini sebagai database masjid agar dalam setiap kegiatan masjid mudah mengaturnya. Pendataan juga di maksudkan untuk mengukur jamaah yang menunaikan sholat jamaah di masjid. Sehingga semua kegiatan Masjid Jogokariyan memiliki data yang detail dan memudahkan untuk evaluasi dalam memperbaiki langkah kedepannya. Peta dakwah Masjid Jogokariyan dirupakan dengan ikon menarik yaitu sebuah warna rumah dengan gambar yang berwarna-warni. Seperti gambar ka’bah artinya sudah berhaji, gambar unta artinya sudah berkurban, gambar koin artinya sudah berzakat.

sumber : https://www.gomuslim.co.id/

Pelayanan Masjid Jogokariyan mulai dari hal kecil, yaitu tidak melarang anak-anak untuk datang ke masjid, kemudian membiarkan pendatang tidur di masjid dan menggunakan kamar mandi masjid. Pelayanan berikutnya kepada jamaah masjid adlah membantu jamaah yang tidak mampu yang diambilkan dari dana infaq masjid, tidak sekedar membantu berupa dana, tetapi pihak Masjid Jogokariayan membantu supaya jamaah bisa lepas dari kesulitan ekonomi hingga bisa mandiri. Dan masih banyak lagi pelayanan yang diberikan oleh Masjid Jogokariyan karena dalam setiap bulannya saldo masjid harus nol untuk kegiatan dan pelayanan kepada umat.

sumber : https://www.liputan6.com/

Pemberdayakan jamaah Masjid Jogokariyan dilakukan melalui berbagai cara, yang pertama adalah dengan membuat susunan takmir masjid yang gemuk, agar tugas dan kewenangan bisa dilakukan dengan baik. Selanjutnya pengelolaan kas sendiri pada setiap majelis pengajian dengan susunan ketua dan bendahara. Untuk keperluan masjid seperti, makanan, minuman, jasa keahlian dan lain-laindi haruskan menggunakan produk jamaah untuk meningkatkan perekonomian jamaah. Hingga masjid mewadahi minat dan potensi jamaah seperti, klub sepeda onthel, kelompok paduan suara, dan lain sebagainya. tidak lupa juga pihak masjid selalu memberikan award kepada warga Jogokariyan yang berprestasi.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *